BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan
ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Tentunya,
untuk mentransformasikan suatu materi agar tidak hanya diterima tetapi juga
dipahami dan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupannya, dibutuhkan seseorang
yang mampu melakukannya dengan baik. Pembelajaran yang sukses bertumpu pada
seorang guru yang baik pula, baik dari karakter, pengetahuan, dan keterampilan
yang dimilikinya.
Kesuksesan proses pengajaran juga turut dipengaruhi oleh
fasilitas yang tersedia, yaitu salah satunya teknologi. Kehadiran teknologi
yang semakin canggih diharapkan membantu meningkatkan kebaikan dari proses
pembelajaran. Teknologi bisa saja menjadi berbahaya jika disalahgunakan. Namun
semua itu kembali lagi kepada guru yang menjadi pemimpin dan pengatur jalannya
proses pembelajaran. Apakah akan menggunakan teknologi untuk meningkatkan
kualitas tugas mengajarnya atau untuk menggantikan posisinya dan bahkan mengambil
alih tanggung jawabnya sebagai guru.
1.2 TUJUAN
Wawancara
ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data empiris sebagai dasar untuk
menjawab pertanyaan:
-
Bagaimana guru yang memenuhi
kriteria guru yang baik?
- Apa
motivasi yang mendasari guru untuk mengajar?
-
Apa
filosofi guru dalam mengajar?
-
Apa
pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar?
-
Bagaimana sudut pandang guru
dalam melihat peserta didik?
-
Bagaimana pandangan guru
tentang pendidikan?
1.3 MANFAAT
Adapun
manfaat dari wawancara ini adalah:
-
Memberikan sumbangan ilmu
kepada guru-guru lainnya dan kepada
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Paedagogi
- Sebagai bahan referensi pengalaman mengajar dari
guru professional
BAB
2
HASIL
WAWANCARA
2.1 IDENTITAS GURU
- NAMA : Drs.
Z
- SERTIFIKASI : Sudah
/ Belum
- LAMA
MENGAJAR : 22 tahun
- GURU
PELAJARAN : Ekonomi & Akuntansi
2.2 KETERANGAN WAWANCARA
TEMPAT : Lt. 4 SMA
Harapan 3
TANGGAL : Rabu, 10
April 2013
WAKTU : 16.30 WIB
2.3 HASIL WAWANCARA
Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan mengajar atau
mendidik?
Mengajar adalah memberikan
ilmu pengetahuan kepada siswa tentang apa yang tidak diketahui sampai siswa tsb
mengetahuinya dan mampu mengaplikasikan ilmu tsb ke kehidupannya. Sedangkan
mendidik adalah memberikan didikan kepada siswa, layaknya orang tua kepada
anaknya, meliputi pengajaran dan bimbingan. Mengajar dan mendidik adalah dua
hal yang berbeda, namun ada hubungannya dan harus berjalan seimbang.
Apa yang memotivasi Anda untuk menjadi seorang pengajar?
Motivasinya adalah
bagaimana caranya ilmu yang saya miliki bisa diterapkan kepada siswa dan
kemudian bisa disumbangkan lagi oleh siswa tersebut kepada orang lain. Karena
menurut saya, ilmu yang kita miliki akan bertambah jika ilmu tsb berpindah ke
orang lain. Dengan begitu, selain menambah ilmu, kita juga menambah amal,
kebajikan, dan kepuasan batin. Apalagi jika siswa dapat memahami yang saya
sampaikan, maka kita berhasil.
Pernahkah Anda merasa salah untuk memilih profesi sebagai
pengajar?
Sebenarnya ya. Pada
awalnya, saya tidak ingin menjadi guru, melainkan menjadi dokter. Namun karena
saya adalah anak keempat dari enam bersaudara dan keinginan menjadi dokter
tidak dapat tercapai dengan alasan dana. Jika dipaksakan, bisa jadi kuliah saya
akan putus di tengah jalan. Kebetulan, ibu kandung saya adalah guru yang
menyarankan saya untuk kuliah pendidikan di Unimed saja. Saya memutuskan masuk
saja dan mencoba menjalani. Dengan keikhlasan, akhirnya menjadi guru adalah
tujuan hidup saya. Alhamdulillah, terlaksana sampai sekarang walaupun terkadang
jenuh.
Filosofi apa yang Anda gunakan dalam mengajar?
Filosofi mengajar saya
dapatkan dari guru akuntansi saya di SMEA dulu. Profil beliau sangat saya
banggakan dan idolakan. Apa yang beliau sampaikan dulu, sekarang saya terapkan.
Baik teknik mengajarnya, metodenya, bahkan temperamen saya dalam mengajar
mengikuti jejak beliau. Hal itu karena apa yang dilakukannya dengan siswa
terbukti berhasil. Sosok beliau lah yang saya contoh.
Pendekatan apa yang Anda gunakan dalam mengajar?
Lebih memusatkan kepada siswa.
Bagaimana menyelesaikan masalah-masalah yang dialami siswa dengan menerapkan
ilmu-ilmu jiwa dan psikologi yang pernah saya dapat di kuliah dulu. Misalnya,
bagaimana memotivasi siswa yang malas atau solusi bagi siswa yang bandel. Pendekatan
yang lembut dan sabar adalah kuncinya.
Hal penting seperti apa yang perlu dimiliki seorang guru?
Guru yang baik adalah guru
yang mampu memberikan contoh kepada siswanya dan patut ditiru; penampilan;
kewibawaan; penguasaan materi.
Anda ingin dilihat sebagai guru yang seperti apa?
Saya ingin dilihat dari
sisi penampilan. Saya juga ingin disegani, bukan ditakuti. Karena ditakuti
berarti anak tidak mau dekat dengan kita. Juga dihormati. Pendapatan bukan hal
utama untuk dilihat sebagai guru yang baik.
Mana yang lebih penting, guru yang menguasai materi atau
guru yang mampu menjalin hubungan baik dengan siswanya? Mengapa?
Dua-duanya. Ketika kita
mampu menguasai materi, siswa akan mendekat. Jika kita tidak mampu menguasai
materi, siswa akan mencari guru lain. Bagi saya, kita harus memiliki kemampuan
dulu baru bisa melakukan pendekatan.
Sebagai
seorang guru, bagaimana Anda memandang seorang siswa?
Bagaikan memandang anak sendiri. Karena pada
prinsipnya, setiap anak adalah ciptaan Allah yang harus kita bina sehingga
kualitas anak tsb meningkat.
Apa
masalah terbesar yang pernah dihadapi saat mengajar?
Masalah terbesar saya
adalah motivasi siswa yang anjlok. Kesalahan seperti ini mungkin adalah peran
serta pemerintah, seperti seringnya berganti kurikulum atau kebijakan. Salah
satunya adalah Ujian Nasional (UN). Paket UN yang sekarang sudah 20 paket,
membuat sekolah berusaha memastikan kelulusan siswanya dengan cara negative
sehingga membuat motivasi belajar siswa menurun. Kalaupun ada bantuan-bantuan,
peran orang tua lah yang proaktif kepada anaknya untuk tetap menekankan
pentingnya belajar.
Apakah Anda pernah mendengar pedagogi? Jika ya, apa yang
Anda ketahui tentang pedagogi?
Yang saya pelajari dulu,
pedagogi adalah ilmu untuk mengajar. Kita dididik untuk bisa menyalurkan ilmu
yang kita miliki ke anak. Jadi, kita harus menguasai ilmu untuk mendidik itu
sepenuhnya. Jika kita tidak mampu, bisa jadi siswa mengolok atau mengejek kita.
Pedagogi mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang guru yang baik, bersahaja,
dan disukai peserta didik.
Apakah ada aplikasi pedagogi yang diketahui atau
dipelajari dengan proses pengajaran sekarang?
Ya, ada.
Apakah Anda termasuk tipe guru yang mempersiapkan proses
pengajaran secara sistematis di awal atau tipe guru yang menerapkan prinsip ‘Let It Flow’ dalam
proses pengajaran?
Dulu di awal mengajar,
semua saya siapkan di awal. Tetapi karena materi yang disampaikan tiap tahun
bersifat monoton, jadi di tahun ke depannya tidak dilakukan lagi, hanya mengacu
pada pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Berkaitan dengan teknologi yang semakin berkembang,
apakah Anda menggunakan teknologi tertentu dalam pengajaran?
Menggunakan laptop untuk tugas. Tapi juga digunakan
untuk kelancaran pengajaran. Di kelas ada in
focus / proyektor. Pembelajaran dengan in
focus menjadi lebih mudah untuk penyajian materi. Jika dibandingkan dengan
manual (papan tulis dan spidol), tidak efektif karena materi harus ditulis
lagi. Dengan adanya laptop dan in focus, apalagi ada power point, kita tinggal menuliskan
dalam bentuk poin saja lalu dijelaskan sedikit-sedikit.
Apakah teknologi tersebut membantu proses pengajaran?
Bagi saya, kehadiran
teknologi sangat membantu karena lebih efektif dan tidak membuang waktu. Siswa
juga dimudahkan dengan bantuan teknologi dalam pekerjaannya. Contoh, siswa yang
ingin mencatat materi cukup mencatat dari slide, tidak perlu lagi merangkum
dari buku.
Bagaimana tanggapan Anda tentang pendidikan di Indonesia
sekarang?
Kacau. Banyak yang
mengganjal. Jika dulu, motivasi belajar siswa sangat tinggi meskipun menghadapi
berbagai kesulitan dibandingkan anak sekarang. Ditambah peraturan yang sudah
dibuat dan sudah bagus dirubah lagi membuat pendidikan tidak bisa maju. Salah
satu contohnya UN. Menjadi momok bagi siswa, karena mereka juga kurang belajar
dan tidak ada kesiapan sehingga hanya mengharapkan bantuan. Saya juga berharap
kepada pemerintah untuk menentukan satu hal yang dapat dipastikan untuk
menjadikan pendidikan lebih baik.
Seandainya Anda dapat menyampaikan sesuatu, apa yang Anda
inginkan untuk pendidikan, khususnya guru-guru di Indonesia?
Adalah bagaimana caranya dapat bekerja sama untuk menciptakan mutu siswa yang akan tamat yang mampu mengaplikasikannya langsung ke perguruan tinggi. Mengajar tidaklah hanya mengharap materi, tetapi keberhasilan menjadikan siswa mampu membawa nama baik lulusannya ketika nanti mengabdi di instansi masyarakat. Intinya, jangan mengajar hanya untuk uang dan uang.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 KUALITAS
GURU YANG BAIK
Dari
situs http://www.ripplesofimprovement.com yang dituliskan kembali oleh Prof. Dr. Sudarwan Danim di
bukunya, terungkap Top 10 kualitas
guru yang baik, yaitu:
v
Confidence
Guru
yang baik tetap memiliki kepercayaan diri, meskipun sesekali merasakan
kemunduran. Guru yang baik menghadapi semua situasi dan waktu yang bisa saja
dianggapnya sebagai kemunduran. Guru yang percaya diri juga tidak menyalahkan
kesalahan yang dilakukannya, tetapi menyadari kesadarannya karena guru juga
manusia biasa.
Bapak Z cukup percaya diri. Terlihat dari pakaiannya yang
modis dan masih rapi pada saat wawancara. Dari cara pak Z menjawab pertanyaan
dari pewawancara juga menunjukkan bahwa beliau percaya diri dengan jawabannya.
v
Patience
Guru
yang sabar adalah yang mampu menghadapi sesuatu yang sebenarnya bukan lagi
tugas utamanya. Guru tersebut bersedia terus menjelaskan sampai siswa mengerti
yang disampaikannya. Guru yang baik bersedia melakukan apa yang perlu
dilakukan, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.
Bapak Z termasuk guru yang sabar. Meskipun
waktu pelaksanaan wawancara bukan lagi jam yang biasa baginya untuk berada di
sekolah, namun beliau bersedia diganggu waktunya untuk membantu saya
mendapatkan data. Seperti yang disebutkan di dalam wawancara mengenai
pendekatan, pak Z bersedia menilai dan mencari tahu lebih dalam lagi masalah
yang mengganggu siswanya, padahal hal seperti itu bukan lagi kewajibannya. Selain
itu, beliau juga menyebutkan langsung bahwa sabar menjadi salah satu kunci
sukses pengajaran.
v
True Compassion for Students
Memiliki
rasa kasih sayang yang tulus pada siswa merupakan salah satu kriteria. Guru terbaik peduli dengan siswanya secara individu, baik
di dalam dan di luar kelas.
Seperti yang disebutkan di dalam
wawancara, pak Z mendidik siswanya seperti anak sendiri. Dari pernyataan ini,
saya mengkategorikan beliau sebagai guru yang tulus kepada siswanya, karena
tidak mungkin beliau memberikan kasih sayang palsu kepada anak kandungnya jika
memang ia menyamakan siswa dengan anak kandungnya.
v
Understanding
Guru
yang baik memiliki pemahaman yang benar tentang konsep mengajar atau mendidik.
Mereka tidak memiliki teknik yang kaku demi kemudahan dan kelancaran
pembelajaran siswa. Siswa menghendaki guru yang memperlakukan mereka sebagai
manusia, bukan hanya sebagai siswa semata.
Dari konsep mendidik yang disebutkan pak Z di awal, jelas
sekali beliau paham bahwa mendidik atau mengajar bukan hanya memberikan ilmu
kepada siswa, membuat siswa paham dan mengaplikasikan ilmunya, tetapi juga
memberikan bimbingan agar siswa menjadi individu yang lebih berkualitas di
kehidupannya.
v
The Ability to Look at Life in
a Different Way
Kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan
menjelaskan topic dengan cara yang berbeda. Hal ini karena tidak semua siswa
dapat menyerap materi seperti yang diajarkan oleh setiap guru sama tepat.
Dalam wawancara kali ini, saya tidak
mendapatkan data yang mendukung bahwa bapak Z memiliki kriteria ini.
v
Dedication to excellence
Dedikasi guru untuk mencapai keunggulan bagi siswanya dan
dirinya sendiri.
Jelas sekali bapak Z berdedikasi kepada
keunggulan bagi dirinya dan siswanya. Terbukti dari pesannya bahwa guru-guru
harus bekerja sama untuk meningkatkan mutu siswa. Selain itu juga standar
keberhasilannya adalah kemampuan siswa memahami yang disampaikannya juga
menunjukkan dedikasinya terhadap keunggulan.
v
Unwavering Support
Guru
yang baik akan teguh dalam memberikan dukungan kepada siswanya. Mereka
mendorong siswa-siswa yang mungkin kurang mampu untuk tetap berprestasi.
Terlihat dari jawaban bapak Z
yang menggunakan ilmu psikologi dalam pengajarannya. Artinya, ia tidak melihat
karakter siswa dari satu sisi saja. Tetapi mencoba mencari tahu dan mendukung
siswa bermasalah tersebut menjadi lebih baik.
v
Willingness to Help Student
Achieve
Kesediaan
guru untuk membantu siswa berprestasi. Guru tsb tahu bahwa berprestasi tidak
hanya berhasil dalam mencapai nilai tertinggi, tetapi bagaimana manfaatnya
dalam kehidupan.
Dari definisi mengajar yang disampaikan bapak Z sendiri
sudah jelas bahwa beliau ingin siswanya berprestasi untuk kepentingan hidup
siswa itu sendiri dan untuk kepuasan batinnya.
v
Pride in Student’s
Accomplishments
Bangga akan prestasi siswanya. Hal itu menjadi kehormatan
baginya telah membantu siswanya berprestasi.
Sebelum
wawancara dan proses rekaman, pak Z bercerita tentang keberhasilan siswanya
yang kembali menjuarai olimpiade tingkat provinsi. Dari nada bicara dan
senyumnya yang tulus, terlihat bahwa beliau bangga sekali dengan pencapaian
siswanya.
v
Passion for Life
Guru
yang baik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya, namun juga bersemangat
tetang hal lainnya. Mereka menghadapi tugas sebagai tantangan, bukan rutin
semata.
Dari hasil wawancara, saya tidak menemukan data yang mendukung kriteria ini. Namun jika dilihat dari lamanya waktu mengajar selama 22 tahun dan tidak memiliki kegiatan lain selain mengajar, Bapak Z tidak memiliki kriteria ini. Sepertinya beliau melakukan kegiatan mengajar sebagai kegiatan rutin.
BAB 4
KESIMPULAN
v
Bapak Z,
sebagai narasumber, termasuk dalam kriteria guru yang baik menurut top 10 kriteria guru yang baik yang
dituliskan di sumber pustaka (Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi oleh Prof. Dr.
Sudarwan Danim)
v
Dari 10
kriteria yang dijelaskan, hasil wawancara menunjukkan bahwa Bapak Z memiliki 8
dari 10 kriteria guru yang baik
v
Motivasi
Bapak Z dalam mengajar adalah bagaimana menyampaikan ilmu yang dimilikinya
kepada lebih banyak lagi orang agar ilmu itu bermanfaat
v
Filosofi
Bapak Z dalam mengajar tidak dijelaskan secara spesifik. Namun Bapak Z
menyebutkan bahwa beliau mengajar dengan mencontoh guru akuntansi di masa SMEA
dahulu yang menurutnya merupakan sesosok guru yang berhasil.
v
Pendekatan
yang digunakan Bapak Z dalam mengajar adalah memusatkan pembelajaran kepada siswa,
juga memahami siswa tidak hanya dari segi pendidikan tetapi juga psikologisnya.
v
Sudut
pandang Bapak Z dalam melihat peserta didik adalah bagaikan memandang anaknya
sendiri, dimana anak merupakan ciptaan Tuhan yang harus dibina dan ditingkatkan
kualitasnya
v Pandangan Bapak Z terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan di Indonesia sekarang kacau. Apalagi dengan ketidakkonsistensian pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang secara langsung menurunkan motivasi belajar anak
BAB 5
TESTIMONI & SARAN
5.1 TESTIMONI
Saya
cukup senang mengerjakan tugas ini dan cukup puas dengan hasil wawancara yang saya lakukan walaupun
masih ada beberapa hal yang kurang saya perdalam lagi saat wawancara
berlangsung.
Proses
wawancara berjalan lancar, walaupun ada sedikit masalah dalam mengatur jadwal
wawancara sebelumnya. Yang cukup bermasalah bagi saya adalah membuat
kesimpulan. Dengan data dari hasil wawancara yang saya lakukan, saya merasa
belum cukup untuk membuat suatu kesimpulan, apakah guru tersebut termasuk guru
yang baik atau tidak. Saya merasa data saya masih sangat dangkal, mungkin
karena teknik wawancara saya yang masih belum sempurna.
5.2 SARAN
Ada
beberapa saran yang dapat saya berikan terkait dengan kegiatan wawancara dengan
guru, yaitu :
- Buat janji
dengan guru tersebut dan pastikan bahwa guru tersebut hanya akan menjadi
narasumber kita.
- Lakukan
persiapan yang matang sebelum wawancara. Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang
akan ditanyakan pada saat wawancara agar informasi yang diberikan guru dapat
dikontrol dan tidak terlalu melebar. Perdalam setiap informasi dan catat
poin-poin yang memang dibutuhkan untuk diketahui secara mendalam.
- Rekam proses wawancara yang berlangsung. Selain sebagai dokumentasi yang menunjukkan bahwa wawancara benar dilakukan, rekaman sangat membantu dalam mengerjakan laporan. Sehingga data dari hasil wawancara tidak kurang ataupun berlebihan. akukan persiapan yang matang sebelum wawancara. Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada
BAB
6
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, S. & Khairil. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta
No comments:
Post a Comment