Friday, April 12, 2013

Laporan Hasil Wawancara


BAB 1
PENDAHULUAN


        1.1      LATAR BELAKANG
Mengajar merupakan seni dan ilmu mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik pada situasi dan dengan menggunakan media tertentu. Tentunya, untuk mentransformasikan suatu materi agar tidak hanya diterima tetapi juga dipahami dan dapat diaplikasikan ke dalam kehidupannya, dibutuhkan seseorang yang mampu melakukannya dengan baik. Pembelajaran yang sukses bertumpu pada seorang guru yang baik pula, baik dari karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya.
Kesuksesan proses pengajaran juga turut dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia, yaitu salah satunya teknologi. Kehadiran teknologi yang semakin canggih diharapkan membantu meningkatkan kebaikan dari proses pembelajaran. Teknologi bisa saja menjadi berbahaya jika disalahgunakan. Namun semua itu kembali lagi kepada guru yang menjadi pemimpin dan pengatur jalannya proses pembelajaran. Apakah akan menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas tugas mengajarnya atau untuk menggantikan posisinya dan bahkan mengambil alih tanggung jawabnya sebagai guru.

        1.2   TUJUAN
Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data empiris sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan:
-          Bagaimana guru yang memenuhi kriteria guru yang baik?
-          Apa motivasi yang mendasari guru untuk mengajar?
-          Apa filosofi guru dalam mengajar?
-          Apa pendekatan yang digunakan guru dalam mengajar?
-          Bagaimana sudut pandang guru dalam melihat peserta didik?
-          Bagaimana pandangan guru tentang pendidikan?
        
        1.3   MANFAAT
Adapun manfaat dari wawancara ini adalah:
-          Memberikan sumbangan ilmu kepada guru-guru lainnya dan kepada
       mahasiswa yang mengambil mata kuliah Paedagogi
-     Sebagai bahan referensi pengalaman mengajar dari guru professional


BAB 2
HASIL WAWANCARA


  2.1   IDENTITAS GURU
           -    NAMA                   :      Drs. Z
           -    SERTIFIKASI             :      Sudah    /   Belum
           -    LAMA MENGAJAR    :      22 tahun
           -    GURU PELAJARAN    :      Ekonomi & Akuntansi

  2.2   KETERANGAN WAWANCARA
         TEMPAT     :   Lt. 4 SMA Harapan 3
         TANGGAL   :  Rabu, 10 April 2013
         WAKTU      :   16.30 WIB

2.3       HASIL WAWANCARA
   
Menurut Anda, apa yang dimaksud dengan mengajar atau mendidik?
    Mengajar adalah memberikan ilmu pengetahuan kepada siswa tentang apa yang tidak diketahui sampai siswa tsb mengetahuinya dan mampu mengaplikasikan ilmu tsb ke kehidupannya. Sedangkan mendidik adalah memberikan didikan kepada siswa, layaknya orang tua kepada anaknya, meliputi pengajaran dan bimbingan. Mengajar dan mendidik adalah dua hal yang berbeda, namun ada hubungannya dan harus berjalan seimbang.

Apa yang memotivasi Anda untuk menjadi seorang pengajar?
      Motivasinya adalah bagaimana caranya ilmu yang saya miliki bisa diterapkan kepada siswa dan kemudian bisa disumbangkan lagi oleh siswa tersebut kepada orang lain. Karena menurut saya, ilmu yang kita miliki akan bertambah jika ilmu tsb berpindah ke orang lain. Dengan begitu, selain menambah ilmu, kita juga menambah amal, kebajikan, dan kepuasan batin. Apalagi jika siswa dapat memahami yang saya sampaikan, maka kita berhasil.

Pernahkah Anda merasa salah untuk memilih profesi sebagai pengajar?
   Sebenarnya ya. Pada awalnya, saya tidak ingin menjadi guru, melainkan menjadi dokter. Namun karena saya adalah anak keempat dari enam bersaudara dan keinginan menjadi dokter tidak dapat tercapai dengan alasan dana. Jika dipaksakan, bisa jadi kuliah saya akan putus di tengah jalan. Kebetulan, ibu kandung saya adalah guru yang menyarankan saya untuk kuliah pendidikan di Unimed saja. Saya memutuskan masuk saja dan mencoba menjalani. Dengan keikhlasan, akhirnya menjadi guru adalah tujuan hidup saya. Alhamdulillah, terlaksana sampai sekarang walaupun terkadang jenuh.

Filosofi apa yang Anda gunakan dalam mengajar?
     Filosofi mengajar saya dapatkan dari guru akuntansi saya di SMEA dulu. Profil beliau sangat saya banggakan dan idolakan. Apa yang beliau sampaikan dulu, sekarang saya terapkan. Baik teknik mengajarnya, metodenya, bahkan temperamen saya dalam mengajar mengikuti jejak beliau. Hal itu karena apa yang dilakukannya dengan siswa terbukti berhasil. Sosok beliau lah yang saya contoh.

Pendekatan apa yang Anda gunakan dalam mengajar?
      Lebih memusatkan kepada siswa. Bagaimana menyelesaikan masalah-masalah yang dialami siswa dengan menerapkan ilmu-ilmu jiwa dan psikologi yang pernah saya dapat di kuliah dulu. Misalnya, bagaimana memotivasi siswa yang malas atau solusi bagi siswa yang bandel. Pendekatan yang lembut dan sabar adalah kuncinya.

Hal penting seperti apa yang perlu dimiliki seorang guru?
      Guru yang baik adalah guru yang mampu memberikan contoh kepada siswanya dan patut ditiru; penampilan; kewibawaan; penguasaan materi.

Anda ingin dilihat sebagai guru yang seperti apa?
     Saya ingin dilihat dari sisi penampilan. Saya juga ingin disegani, bukan ditakuti. Karena ditakuti berarti anak tidak mau dekat dengan kita. Juga dihormati. Pendapatan bukan hal utama untuk dilihat sebagai guru yang baik.

Mana yang lebih penting, guru yang menguasai materi atau guru yang mampu menjalin hubungan baik dengan siswanya? Mengapa?
     Dua-duanya. Ketika kita mampu menguasai materi, siswa akan mendekat. Jika kita tidak mampu menguasai materi, siswa akan mencari guru lain. Bagi saya, kita harus memiliki kemampuan dulu baru bisa melakukan pendekatan.

Sebagai seorang guru, bagaimana Anda memandang seorang siswa?
    Bagaikan memandang anak sendiri. Karena pada prinsipnya, setiap anak adalah ciptaan Allah yang harus kita bina sehingga kualitas anak tsb meningkat.

Apa masalah terbesar yang pernah dihadapi saat mengajar?
     Masalah terbesar saya adalah motivasi siswa yang anjlok. Kesalahan seperti ini mungkin adalah peran serta pemerintah, seperti seringnya berganti kurikulum atau kebijakan. Salah satunya adalah Ujian Nasional (UN). Paket UN yang sekarang sudah 20 paket, membuat sekolah berusaha memastikan kelulusan siswanya dengan cara negative sehingga membuat motivasi belajar siswa menurun. Kalaupun ada bantuan-bantuan, peran orang tua lah yang proaktif kepada anaknya untuk tetap menekankan pentingnya belajar.

Apakah Anda pernah mendengar pedagogi? Jika ya, apa yang Anda ketahui tentang pedagogi?
     Yang saya pelajari dulu, pedagogi adalah ilmu untuk mengajar. Kita dididik untuk bisa menyalurkan ilmu yang kita miliki ke anak. Jadi, kita harus menguasai ilmu untuk mendidik itu sepenuhnya. Jika kita tidak mampu, bisa jadi siswa mengolok atau mengejek kita. Pedagogi mengajarkan kita bagaimana menjadi seorang guru yang baik, bersahaja, dan disukai peserta didik.

Apakah ada aplikasi pedagogi yang diketahui atau dipelajari dengan proses pengajaran sekarang?
Ya, ada.

Apakah Anda termasuk tipe guru yang mempersiapkan proses pengajaran secara sistematis di awal atau tipe guru yang menerapkan prinsip ‘Let It Flow’ dalam proses pengajaran?
     Dulu di awal mengajar, semua saya siapkan di awal. Tetapi karena materi yang disampaikan tiap tahun bersifat monoton, jadi di tahun ke depannya tidak dilakukan lagi, hanya mengacu pada pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Berkaitan dengan teknologi yang semakin berkembang, apakah Anda menggunakan teknologi tertentu dalam pengajaran?
    Menggunakan laptop untuk tugas. Tapi juga digunakan untuk kelancaran pengajaran. Di kelas ada in focus / proyektor. Pembelajaran dengan in focus menjadi lebih mudah untuk penyajian materi. Jika dibandingkan dengan manual (papan tulis dan spidol), tidak efektif karena materi harus ditulis lagi. Dengan adanya laptop dan in focus, apalagi ada power point, kita tinggal menuliskan dalam bentuk poin saja lalu dijelaskan sedikit-sedikit.

Apakah teknologi tersebut membantu proses pengajaran?
      Bagi saya, kehadiran teknologi sangat membantu karena lebih efektif dan tidak membuang waktu. Siswa juga dimudahkan dengan bantuan teknologi dalam pekerjaannya. Contoh, siswa yang ingin mencatat materi cukup mencatat dari slide, tidak perlu lagi merangkum dari buku.

Bagaimana tanggapan Anda tentang pendidikan di Indonesia sekarang?
      Kacau. Banyak yang mengganjal. Jika dulu, motivasi belajar siswa sangat tinggi meskipun menghadapi berbagai kesulitan dibandingkan anak sekarang. Ditambah peraturan yang sudah dibuat dan sudah bagus dirubah lagi membuat pendidikan tidak bisa maju. Salah satu contohnya UN. Menjadi momok bagi siswa, karena mereka juga kurang belajar dan tidak ada kesiapan sehingga hanya mengharapkan bantuan. Saya juga berharap kepada pemerintah untuk menentukan satu hal yang dapat dipastikan untuk menjadikan pendidikan lebih baik.

Seandainya Anda dapat menyampaikan sesuatu, apa yang Anda inginkan untuk pendidikan, khususnya guru-guru di Indonesia?
       Adalah bagaimana caranya dapat bekerja sama untuk menciptakan mutu siswa yang akan tamat yang mampu mengaplikasikannya langsung ke perguruan tinggi. Mengajar tidaklah hanya mengharap materi, tetapi keberhasilan menjadikan siswa mampu membawa nama baik lulusannya ketika nanti mengabdi di instansi masyarakat. Intinya, jangan mengajar hanya untuk uang dan uang.


BAB 3
PEMBAHASAN


3.1     KUALITAS GURU YANG BAIK
Dari situs http://www.ripplesofimprovement.com yang dituliskan kembali oleh Prof. Dr. Sudarwan Danim di bukunya, terungkap Top 10 kualitas guru yang baik, yaitu:
   v                 Confidence
Guru yang baik tetap memiliki kepercayaan diri, meskipun sesekali merasakan kemunduran. Guru yang baik menghadapi semua situasi dan waktu yang bisa saja dianggapnya sebagai kemunduran. Guru yang percaya diri juga tidak menyalahkan kesalahan yang dilakukannya, tetapi menyadari kesadarannya karena guru juga manusia biasa.
      Bapak Z cukup percaya diri. Terlihat dari pakaiannya yang modis dan masih rapi pada saat wawancara. Dari cara pak Z menjawab pertanyaan dari pewawancara juga menunjukkan bahwa beliau percaya diri dengan jawabannya.

   v                 Patience
Guru yang sabar adalah yang mampu menghadapi sesuatu yang sebenarnya bukan lagi tugas utamanya. Guru tersebut bersedia terus menjelaskan sampai siswa mengerti yang disampaikannya. Guru yang baik bersedia melakukan apa yang perlu dilakukan, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan.
            Bapak Z termasuk guru yang sabar. Meskipun waktu pelaksanaan wawancara bukan lagi jam yang biasa baginya untuk berada di sekolah, namun beliau bersedia diganggu waktunya untuk membantu saya mendapatkan data. Seperti yang disebutkan di dalam wawancara mengenai pendekatan, pak Z bersedia menilai dan mencari tahu lebih dalam lagi masalah yang mengganggu siswanya, padahal hal seperti itu bukan lagi kewajibannya. Selain itu, beliau juga menyebutkan langsung bahwa sabar menjadi salah satu kunci sukses pengajaran.

   v                 True Compassion for Students
Memiliki rasa kasih sayang yang tulus pada siswa merupakan salah satu kriteria. Guru terbaik peduli dengan siswanya secara individu, baik di dalam dan di luar kelas.
           Seperti yang disebutkan di dalam wawancara, pak Z mendidik siswanya seperti anak sendiri. Dari pernyataan ini, saya mengkategorikan beliau sebagai guru yang tulus kepada siswanya, karena tidak mungkin beliau memberikan kasih sayang palsu kepada anak kandungnya jika memang ia menyamakan siswa dengan anak kandungnya.

   v                 Understanding
Guru yang baik memiliki pemahaman yang benar tentang konsep mengajar atau mendidik. Mereka tidak memiliki teknik yang kaku demi kemudahan dan kelancaran pembelajaran siswa. Siswa menghendaki guru yang memperlakukan mereka sebagai manusia, bukan hanya sebagai siswa semata.
        Dari konsep mendidik yang disebutkan pak Z di awal, jelas sekali beliau paham bahwa mendidik atau mengajar bukan hanya memberikan ilmu kepada siswa, membuat siswa paham dan mengaplikasikan ilmunya, tetapi juga memberikan bimbingan agar siswa menjadi individu yang lebih berkualitas di kehidupannya.

   v                 The Ability to Look at Life in a Different Way
Kemampuan melihat kehidupan dengan cara yang berbeda dan menjelaskan topic dengan cara yang berbeda. Hal ini karena tidak semua siswa dapat menyerap materi seperti yang diajarkan oleh setiap guru sama tepat.
         Dalam wawancara kali ini, saya tidak mendapatkan data yang mendukung bahwa bapak Z memiliki kriteria ini.

   v                 Dedication to excellence
Dedikasi guru untuk mencapai keunggulan bagi siswanya dan dirinya sendiri.
          Jelas sekali bapak Z berdedikasi kepada keunggulan bagi dirinya dan siswanya. Terbukti dari pesannya bahwa guru-guru harus bekerja sama untuk meningkatkan mutu siswa. Selain itu juga standar keberhasilannya adalah kemampuan siswa memahami yang disampaikannya juga menunjukkan dedikasinya terhadap keunggulan.

   v                 Unwavering Support
Guru yang baik akan teguh dalam memberikan dukungan kepada siswanya. Mereka mendorong siswa-siswa yang mungkin kurang mampu untuk tetap berprestasi.
Terlihat dari jawaban bapak Z yang menggunakan ilmu psikologi dalam pengajarannya. Artinya, ia tidak melihat karakter siswa dari satu sisi saja. Tetapi mencoba mencari tahu dan mendukung siswa bermasalah tersebut menjadi lebih baik.
    
   v                 Willingness to Help Student Achieve
Kesediaan guru untuk membantu siswa berprestasi. Guru tsb tahu bahwa berprestasi tidak hanya berhasil dalam mencapai nilai tertinggi, tetapi bagaimana manfaatnya dalam kehidupan.
       Dari definisi mengajar yang disampaikan bapak Z sendiri sudah jelas bahwa beliau ingin siswanya berprestasi untuk kepentingan hidup siswa itu sendiri dan untuk kepuasan batinnya.

   v                 Pride in Student’s Accomplishments
Bangga akan prestasi siswanya. Hal itu menjadi kehormatan baginya telah membantu siswanya berprestasi.
Sebelum wawancara dan proses rekaman, pak Z bercerita tentang keberhasilan siswanya yang kembali menjuarai olimpiade tingkat provinsi. Dari nada bicara dan senyumnya yang tulus, terlihat bahwa beliau bangga sekali dengan pencapaian siswanya.

   v                 Passion for Life
Guru yang baik tidak hanya tertarik pada bidang tugasnya, namun juga bersemangat tetang hal lainnya. Mereka menghadapi tugas sebagai tantangan, bukan rutin semata.
Dari hasil wawancara, saya tidak menemukan data yang mendukung kriteria ini. Namun jika dilihat dari lamanya waktu mengajar selama 22 tahun dan tidak memiliki kegiatan lain selain mengajar, Bapak Z tidak memiliki kriteria ini. Sepertinya beliau melakukan kegiatan mengajar sebagai kegiatan rutin.


BAB 4
KESIMPULAN

  
v                 Bapak Z, sebagai narasumber, termasuk dalam kriteria guru yang baik menurut top 10 kriteria guru yang baik yang dituliskan di sumber pustaka (Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi oleh Prof. Dr. Sudarwan Danim)
v                 Dari 10 kriteria yang dijelaskan, hasil wawancara menunjukkan bahwa Bapak Z memiliki 8 dari 10 kriteria guru yang baik
v                 Motivasi Bapak Z dalam mengajar adalah bagaimana menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada lebih banyak lagi orang agar ilmu itu bermanfaat
v                 Filosofi Bapak Z dalam mengajar tidak dijelaskan secara spesifik. Namun Bapak Z menyebutkan bahwa beliau mengajar dengan mencontoh guru akuntansi di masa SMEA dahulu yang menurutnya merupakan sesosok guru yang berhasil.
v                 Pendekatan yang digunakan Bapak Z dalam mengajar adalah memusatkan pembelajaran kepada siswa, juga memahami siswa tidak hanya dari segi pendidikan tetapi juga psikologisnya.
v                 Sudut pandang Bapak Z dalam melihat peserta didik adalah bagaikan memandang anaknya sendiri, dimana anak merupakan ciptaan Tuhan yang harus dibina dan ditingkatkan kualitasnya
v                 Pandangan Bapak Z terhadap pendidikan adalah bahwa pendidikan di Indonesia sekarang kacau. Apalagi dengan ketidakkonsistensian pemerintah dalam menetapkan kebijakan yang secara langsung menurunkan motivasi belajar anak


BAB 5
TESTIMONI & SARAN


5.1       TESTIMONI
Saya cukup senang mengerjakan tugas ini dan cukup puas dengan  hasil wawancara yang saya lakukan walaupun masih ada beberapa hal yang kurang saya perdalam lagi saat wawancara berlangsung.
Proses wawancara berjalan lancar, walaupun ada sedikit masalah dalam mengatur jadwal wawancara sebelumnya. Yang cukup bermasalah bagi saya adalah membuat kesimpulan. Dengan data dari hasil wawancara yang saya lakukan, saya merasa belum cukup untuk membuat suatu kesimpulan, apakah guru tersebut termasuk guru yang baik atau tidak. Saya merasa data saya masih sangat dangkal, mungkin karena teknik wawancara saya yang masih belum sempurna.

5.2       SARAN
Ada beberapa saran yang dapat saya berikan terkait dengan kegiatan wawancara dengan guru, yaitu :
-   Buat janji dengan guru tersebut dan pastikan bahwa guru tersebut hanya akan menjadi narasumber kita.
- Lakukan persiapan yang matang sebelum wawancara. Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada saat wawancara agar informasi yang diberikan guru dapat dikontrol dan tidak terlalu melebar. Perdalam setiap informasi dan catat poin-poin yang memang dibutuhkan untuk diketahui secara mendalam.
-  Rekam proses wawancara yang berlangsung. Selain sebagai dokumentasi yang menunjukkan bahwa wawancara benar dilakukan, rekaman sangat membantu dalam mengerjakan laporan. Sehingga data dari hasil wawancara tidak kurang ataupun berlebihan. akukan persiapan yang matang sebelum wawancara. Persiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada


BAB 6
DAFTAR PUSTAKA

Danim, S.  & Khairil. 2010. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung : Alfabeta




Thursday, April 11, 2013

UTS 2012/2013


             1.  Ada beberapa hal yang kelompok kami rencanakan mengenai proses
        pembelajaran oleh kelompok 6, yaitu:

-          Topik pembelajaran berkaitan dengan daftar pustaka : Prinsip Paedagogi ‘Hubungan Sekolah dan Kehidupan’ dan Top 10 Kriteria Guru yang Baik

-          Materi pembelajaran : mengajarkan anak-anak untuk memasak pisang tabur keju dan susu cokelat

-          Jumlah peserta pembelajaran : 4 – 5 orang anak SD, yaitu dua orang adik Raffles beserta tiga orang temannya

-          Waktu pelaksanaan : Kamis, 4 April 2013, pukul 16.00

-          Tempat pelaksanaan : Rumah Raffles

-          Proses : kelompok akan melakukan proses pembelajaran dengan langkah memberikan informasi mengenai cara kerja lebih dulu, lalu memberikan contoh kepada anak, dan terakhir meminta anak mempraktikkan apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh kelompok sebagai pengajar

Jika dibahas berdasarkan topik Paedagogi Praktis Abad ke-21...
Paedagogi praktis adalah tinjauan paedagogi dilihat dari kegiatan sebagai pengajar di lapangan, atau dengan kata lain, paedagogi praktis merupakan bentuk aplikasi dari paedagogi teoritis. Mengaplikasikan ilmu paedagogi di lapangan tentunya harus didasari ilmu paedagogi yang terlebih dulu.
    
Kelompok kami mencoba melakukan pengajaran dengan berdasar pada salah satu teori paedagogi, yaitu prinsip hubungan sekolah & kehidupan dan kriteria guru yang baik.

Prinsip hubungan sekolah dan kehidupan mengarahkan pengajar untuk menjadikan pembelajaran yang didapat anak didik selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkannya dapat diaplikasikan dan berguna bagi kehidupannya. Berdasar teori tersebut, kelompok kami berusaha memilih materi pelajaran yang berguna dan dapat langsung diaplikasikan anak didik ke kehidupan sehari-hari. Materi belajar memasak dianggap cukup dekat dengan kehidupan anak didik, apalagi makanan pisang tabur keju dan susu cokelat merupakan salah satu makanan yang disukai anak didik. Sehingga alangkah baiknya jika kami mengajarkan anak didik untuk dapat membuat sesuatu yang disukainya.
  
Belajar memasak sangat dekat aplikasinya ke kehidupan anak
    
Sedangkan kriteria guru yang baik menjadi dasar teori berperilaku dan bersikap bagi kami sebagai pengajar. Dalam proses mengajar, kami mencoba mengaplikasikan teori kriteria guru yang baik kepada anak didik. Dari pengalaman mengajar kali ini, saya pribadi merasa kesulitan jika harus mengaplikasikan teori tersebut secara penuh karena banyak yang bertabrakan dengan karakter anak didik. Namun dengan adanya praktik mengajar ini, saya menjadi lebih tahu, kriteria mana yang harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan anak didik. Sehingga secara tidak langsung, saya melakukan fungsi penelitian paedagogi kedua yang memungkinkan saya sebagai pengajar memahami, menjelaskan, membenarkan, atau memodifikasi paedagogi yang kemudian melahirkan paedagogi praktis.
Be the number one teacher!

      2.    Data hasil observasi dari proses pembelajaran oleh kelompok 6 :
Dari sisi peserta didik:
Agnesia
-          Tertawa ; menggigit kuku
-          Membantu menyusun pisang ke papan pemotongan
-          Menjilat tangannya setelah memotong pisang
-          Menjawab ‘nggak mau’ ketika diminta pengajar memotong pisang, tetapi setelahnya memotong pisang juga
-          Menjawab ‘nggak mau’ ketika diminta pengajar memarut keju, tetapi setelahnya memarut juga
-          Mencolek tetesan susu di dinding kaleng susu lalu menjilatnya
-          Memarut keju dengan satu tangan saja, tangan kanan. Gagang parutan dipegang oleh pengajar (Merry) karena Agnes tidak bersedia memegangnya
-          Makan dengan tangan kanan
-          Melambaikan tangan dengan tangan kiri
                                                                                                                                                               
Cantika
-          Memainkan piring pada saat pengajar melakukan perkenalan
-          Memakan pisang pertama yang dikupas
-          Membantu Raffles mengupas pisang berikutnya, lalu mencuci tangan
-           Tertawa ketika Agnes memotong pisang
-          Mengangkat tangan ketika ditanya kesediaan memotong pisang terakhir
-          Memasukkan jari ke hidung (mengupil)
            -          Menggaruk-garuk kepala, menopang dagu ketika pengajar
           melakukan penutupan proses pembelajaran
-          Melambaikan tangan dengan tangan kanan

Kevin
            -          Menutup mulut, mengangkat satu kaki ke atas kursi, menggaruk leher bagian
           belakang saat pengajar melakukan perkenalan
            -          Menggigit kuku, bertopang dagu, mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya
            -          Melipat tangan daan menempelkan dagunya di meja
            -          Menolak ketika diminta untuk memotong pisang
            -          Memarut keju dengan tangan kiri memegang keju dan tangan kanan memegang
           gagang parutan (terbalik)
            -          Melakukan steepling hand
            -          Melambaikan tangan dengan tangan kiri
 
Dari sisi pengajar:
Haifa
            -          Melakukan perkenalan bersama Raffles
            -          Meminta anak memperkenalkan diri
            -          Memegang sandaran kursi yang ada di depannya
            -          Membenarkan jilbab, garuk-garuk
            -          Tangan kanan banyak bergerak saat berbicara
            -          Membersihkan sampah kulit pisang, menyisihkan sisa pisang yang tidak terpakai
            -          Diam, mengawasi peserta didik. Menginstruksikan ketika Cantika salah
           memotong pisang
            -          Memanggil Kevin saat Kevin berdiri agak jauh dari kelompok
            -          Mengaduk potongan pisang yang sudah ditaburi keju
            -          Meminta anak didik melambaikan tangan
 
Merry
            -          Merekam dengan kamera saat Haifa dan Raffles melakukan perkenalan
            -          Membenarkan kacamata
            -          Melakukan pointing
            -          Memperbaiki potongan pisang
            -          Menyalakan api kompor
            -          Memberikan contoh parutan keju
            -          Memegangkan parutan untuk Agnesia
            -          Membenarkan cara Kevin memarut keju
            -          Menuangkan susu kental manis cokelat ke atas potongan pisang
            -          Melambaikan tangan ke arah kamera
  
Raffles
            -          Melakukan perkenalan bersama Haifa
            -          Bertumpu pada sandaran kursi
            -          Mengupas kulit pisang
            -          Mengutip pisang yang jatuh
            -          Memerintahkan anak didik membuang sampah di tempatnya
            -          Mengoleskan margarine di wajan, mengaduk dengan sudip, memindahkan
           pisang yang sudah masak ke piring
            -          Menasihati adik-adik agar berhati-hati dengan pisau
            -           Tidak melambaikan tangan
 
Evaluasi : Secara keseluruhan, pemahaman anak terhadap proses pembelajaran ini cukup baik, namun minat belajarnya kurang. Di beberapa bagian pembelajaran mereka tampak menyukai dan memahami, seperti ketika memotong pisang. Agnesia sebenarnya sudah berpartisipasi aktif, namun masih malu-malu. Sementara Cantika sangat berpartisipasi aktif, namun terkadang jahil kepada kami para pengajar. Sedangkan Kevin, sejak awal pembelajaran, beberapa bahasa nonverbal yang diberikan menunjukkan ketidakminatan pada proses pembelajaran ini.

Dari sisi pengajar, Merry cukup informatif. Sementara Raffles memerhatikan lebih anak didiknya, khususnya keselamatan mereka karena belajar dengan benda berbahaya. Sedangkan saya, lebih banyak diam dan memerhatikan anak didik agar bagaimana mereka tetap fokus dan tertarik pada pembelajaran ini.
  
Jika dievaluasi berdasarkan topik Paedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer ...
Sebagai pengajar, kami telah berhasil menjawab beberapa pertanyaan esensial, seperti: penilaian kebutuhan materi ; strategi.
Namun masih belum berhasil menjawab pertanyaan esensial lainnya, seperti: budaya kelas ; pemecahan masalah.

Dari segi pembahasan paedagogi efektif, sebagai pengajar, kami sudah berusaha untuk :
-          Menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran
-          Meningkatkan relevansi pembelajaran baru
-          Menyambungkan pembelajaran dengan pengalaman sebelumnya
-          Memberikan kesempatan untuk belajar

Sementara itu, kelompok kami juga dibantu oleh teknologi, seperti kamera
untuk merekam proses pembelajaran dan notebook untuk menonton ulang
proses pembelajaran sekaligus melakukan observasi. Keberadaan
teknologi sangat membantu dan mempermudah kami karena kami tidak
perlu membagi perhatian pada saat mengajar untuk mengobservasi.

      3.    Berdasarkan prinsip paedagogi yang dikemukakan Addine, maka pembelajaran
           pada perkuliahan Paedagogi di F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013:

   v  Kesatuan karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis
   Setiap proses paedagogis harus terstruktur berdasarkan temuan paling maju di bidang sains kontemporer dan dalam korespondensi total dengan ideologi. – Proses pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, sudah terstruktur karena teratur mengikuti kontrak yang telah ditetapkan sejak awal. Proses pembelajaran juga memanfaatkan temuan paling maju di bidang sains kontemporer, seperti penggunaan facebook untuk media komunikasi dosen dengan mahasiswa, juga mahasiswa dengan mahasiswa lainnya; penggunaan blog untuk media tugas yang membuat proses pembelajaran paperless. Namun proses pembelajaran juga tidak terlepas dari konsep paedagogi.

   v  Prinsip hubungan sekolah dan kehidupan
    Proses pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, sudah menerapkan prinsip ini. Hal ini terlihat dari tugas prakteknya, dimana ilmu yang dipelajari di kelas tidak hanya sebagai teori tetapi juga bisa diaplikasikan.

   v  Mengombinasikan karakter kolektif dan individual pendidikan, serta
             penghormatan terhadap kepribadian siswa
     Proses pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, juga telah memenuhi prinsip ini. Dosen sangat menghargai kerja anak didik secara individu, seperti memberikan feedback satu-satu di blog anak didik. Mungkin di mata kuliah lain, dosen tidak akan melihat satu-satu kerja mahasiswanya, disamaratakan begitu saja.

   v                 Kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses
   Ketika seseorang menempuh pendidikan, dia harus menjalani proses pembelajaran yang baik untuk mencapai keterdidikan. – Pada saat menempuh pendidikan di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, saya merasa menjalani proses pembelajaran yang baik. Dosen tidak hanya mentransformasikan ilmu, tetapi juga melakukan strategi-strategi agar bagaimana mahasiswa memahami betul apa yang dipelajarinya serta keterkaitannya dengan kehidupan.

   v                 Domain kognitif dan afektif tidak kering
      Dalam proses paedagogis, kognitif dan afektif tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan. – Sama seperti prinsip sebelumnya, pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, tidak hanya memenuhi unsur kognitif mahasiswanya. Tetapi juga unsur afektif, dimana mahasiswa dituntut memahami dan menghayati apa yang dipelajarinya. Dalam mengajar juga, dosen tidak hanya menggunakan strategi kognitif tetapi juga melibatkan aspek afeksi untuk memperlancar proses pembelajaran
  
   v          Masing-masing subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait
     Pada proses pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, ketiga aspek itu sudah saling terkait. Terlihat ketika diminta maju ke depan pada 8 April 2013 lalu. Dengan melakukan aktivitas tertentu (menulis di papan tulis) dan mengomunikasikan apa yang dilakukan serta diberi feedback, terbentuk kepribadian mahasiswa untuk berani mencoba dan senantiasa memiliki keinginan untuk belajar.