Monday, July 2, 2012

Realize, then Maximize

Cerita tentang prinsip hidup nih (yang bakalan melebar kemana-mana), jadi yang saya yakini adalah cuma saya yang tahu sebatas mana kemampuan saya dan sejauh mana saya bisa menggunakan kemampuan itu. Nggak akan ada yang bisa mengklaim batas kemampuan saya dan memerintahkan saya untuk menggunakan kemampuan itu melebihi batasnya. Intinya sih, saya yang tahu diri saya sendiri, jadi daripada mengomentari orang macam-macam lebih baik saya memulainya dengan diri saya sendiri dulu.
Nah, salah satu kemampuan saya apa ya? Inteligensi. Saya punya inteligensi dan dengan inteligensi yang saya punya, saya bisa melakukan banyak hal yang saya inginkan. Kali ini, saya akan menghubungkan inteligensi dengan kemampuan dan gaya belajar. Terkadang orang nggak menyadari bahwa dengan inteligensi, ia bisa memaksimalkan pembelajarannya dengan menggunakan gaya belajar yang tepat. Tentu saja, kemampuan belajar setiap orang akan berbeda jika dilihat dari inteligensinya. Tapi perbedaan itu, kan, bukan masalah kalau ujung-ujungnya dengan gaya belajar masing-masing akan menghasilkan sesuatu yang setara hasilnya dengan usaha kita.

Salah satu konsep inteligensi yang saya gunakan untuk memaksimalkan kemampuan belajar saya adalah teori multiple intelligence-nya Howard Gardner. Gardner menyatakan bahwa inteligensi tidak hanya terdiri dari satu kemampuan umum yang mendominasi, melainkan ada 8 kemampuan spesifik, yaitu :
-          Logika Matematika ;       kemampuan melakukan tindakan secara logika, berpikir
            abstrak, pengolahan angka, reasoning, berpikir kritis dan kompleks
-          Spasial ;       kemampuan untuk memvisualisasikan yang dilihat mata dengan pikiran
-          Bahasa ;       kemampuan berbahasa, seperti membaca, berbicara dan menulis
-          Kinestetik ;    kemampuan kontrol gerakan
-          Musik ;         kemampuan sangat peka terhadap bunyi, irama, dan musik
-          Interpersonal  ;       kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan, sensitivitas
            terhadap lingkungan, dan kemampuan untuk bekerja sama dalam tim
-          Intrapersonal  ;      kemampuan untuk melihat diri dan kapasitas refleksi diri, terkait
            dengan pemahaman mendalam terhadap diri misalnya kelebihan dan
            kekurangan, keunikan, dll.
-          Naturalistic ;       kemampuan menyatu dengan alam, seperti mampu
            mengklasifikasikan bentukan yang terdapat di alam, ataupun
            pengetahuan umum tentang alam, menyukai tanaman atau hewan, dsb


 Untuk lebih jelasnya, mengapa saya katakan di awal bahwa memanfaatkan inteligensi untuk memaksimalkan pembalajaran adalah salah satu usaha terbaik dalam belajar, saya akan menampilkan hasil tes online saya terkait dengan multiple intelligence-nya Howard Gardner di http://www.bgfl.org/custom/resources_ftp/client_ftp/ks3/ict/multiple_int/questions/choose_lang.cfm manatau teman-teman bisa mencoba juga ;)) By the way, sebenarnya saya agak kurang nyaman sih menampilkan hasil tes saya karena ada beberapa kemampuan spesifik yang sangat rendah. Sebenarnya bukan hal yang memalukan juga karena kemampuan setiap orang berbeda, tapiiii karena saya merasa itu suatu kekurangan jadi saya agak malu. Tapi ya sudahlah saya bisa memaksimalkan kelebihan saya. Lagian, untuk pembelajaran bagi kita semua juga, kan. Let’s check mine, Reds!
Dari hasil tes tersebut menyebutkan bahwa kemampuan yang saya miliki terkait dengan multiple intelligence yang dikemukakan Gardner adalah :
-                Logika Matematika  :  skala 20 dari 25
-                Spasial                :  skala 17 dari 25
-                Bahasa               :  skala 23 dari 25
-                Kinestetik           :  skala 19 dari 25
-                Musik                  :  skala 24 dari 25
-                Interpersonal        :  skala 11 dari 25
-                Intrapersonal        :  skala 25 dari 25
-                Naturalistik          :  skala 20 dari 25

Nah, setelah saya cocok-cocokkan dengan kehidupan saya selama ini, ternyata cukup akurat sih, khususnya kemampuan saya di bidang intrapersonal, interpersonal, dan musik. Sebagai aplikasi dengan gaya belajar saya, berikut penjelasannya.
·               Interpersonal : 11 dari 25
Itu cukup tepat sekali, Reds. Saya ini termasuk tipe orang yang kurang bisa bekerja sama. Kalau ada kerja kelompok atau pekerjaan yang harus dikerjakan dalam tim, itu saya kewalahan. Bukan karena apa-apa, saya akan mengerjakan semua tugas yang diberikan sendiri lalu teman-teman saya akan memberi tambahan pada apa yang sudah saya kerjakan, jadi ujungnya saya kurang memberi kesempatan untuk mereka mengerjakan tugas mereka.
Saya tidak memiliki keluhan jika harus mengerjakan semuanya karena saya kurang percaya kalau tugas itu dikerjakan orang lain. Egois ya? Nah, makanya saya malu. Cuma bagaimana lagi, begitulah saya. Tho, dengan kewalahan di awal untuk mengerjakan seluruh tugasnya, saya jadi mengerti seluruh komponen tugas, bukan hanya bagian saya saja.
Terkait dengan gaya belajar saya, dengan kekurangan ini saya nggak lantas berpusing-pusing ria dengan diam saja terpuruk dalam kekurangan. Karena saya sudah tahu kelemahan saya, maka saya nikmati saja kewalahan saya tersebut tho hasil akhirnya akan memuaskan bagi saya karena saya merasa punya kontribusi terhadap kerja kelompok tsb. Gaya belajar saya dengan memanfaatkan kekurangan ini juga menguntungkan kok, jadi nggak terlalu memalukan J

·               Musik : 24 dari 25
Nah, ini juga sangat tepat, Reds. I love music! Jadi, dengan hasil tes yang sangat meyakinkan ini, kurang alasan apalagi bagi saya untuk memanfaatkan kelebihan musik saya dalam belajar.
Kelebihan saya di musik saya terapkan untuk memaksimalkan pembelajaran sudah saya mulai sejak SMA sih, Reds. Tapi saya menyadari bahwa saya bisa maksimal belajar dengan musik ya baru masa kuliah ini. Jadi beberapa bulan yang lalu, saya melakukan penelitian kecil-kecilan untuk membuktikan keampuhan musik dalam proses belajar saya. Dua hari pertama, saya menyalin catatan tanpa diperdengarkan suara musik dan hasilnya saya bisa menyelesaikan 3 lembar catatan dalam waktu 2 jam. Dua hari berikutnya, saya menyalin catatan diiringi musik dan hasilnya saya bisa menyelesaikan 5 lembar catatan dalam waktu 2 jam.

Dari situ saja, kita sudah bisa melihat bahwa memanfaatkan kemampuan (read : inteligensi) yang kita miliki ternyata mudah asal kita menyadarinya. Jadi, mulai dari sekarang, sudah bisa dong menyadari kemampuan diri masing-masing dan memanfaatkannya untuk memaksimalkan pembelajaran ataupun kegiatan lainnya.
Thanks for reading, Reds. Wish this entry gives you something useful! :*

DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Monday, June 25, 2012

Euro Cup 2012 dan Psikologi


Reds, tau Euro Cup nggak? Pernah dengar nggak? Pernah nonton, kan? Hahaha, pasti pernah dong. Siapa sih yang nggak tau, nggak pernah dengar, dan nggak pernah nonton Euro Cup? Kelewatan itu mah. Masa nggak sengaja buka channel itu juga nggak pernah sih? :p
Nah, basa basi dulu deh tentang Euro. Saya ini penggemar sepak bola yg cukup baik lah, walaupun tidak terlalu fanatis. Kalo di Euro ini, tim favorit saya adalah Belanda dan Inggris. Walaupun Belanda udah pulang di penyisihan disaat melawan Portugal dan Inggris tadi pagi pulang karena kalah pinalti 4-2 sama Italia L
Sadar nggak sih, kalian para pecinta bola ya termasuk saya, kalau ternyata ada salah satu dasar ilmu psikologi yang bekerja selama proses ini berlangsung? Sekarang, kalau saya tanya, kenapa kalian pilih tim kalian itu sebagai yang terfavorit? Kenapa saya memilih Inggris dan Belanda sebagai tim favorit? Nah, teori MOTIVASI !! Aplikasinya? Langsung cerita-cerita yuk ;)

Kenapa ya saya bisa suka banget sama Inggris dan Belanda? Bahkan saya sempat sedih juga melihat wajah Gerrard yang uuuh, sedih lah pokoknya. Kenapa ya? Nah, kalo saya sih mengidentifikasinya sebagai motivasi intrinsik. Yakin, Fa, bukan ekstrinsik? Enggak.. Saya yakin ini intrinsik. Nah, kenapa ya saya bilang ini adalah motivasi intrinsik?
Seperti kita ketahui bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari kesadaran diri sendiri, sementara motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena pengaruh luar atau lingkungan. Yaah, walaupun saya akui, Wesley Sneijder itu manis, Steven Gerrard juga aduhai dan ‘the blue eyes’-nya Wayne Rooney membuat meleleh, tapi bukan itu alasan saya membela kedua skuad ini. Kalau dilihat sejarahnya, Belanda memang finalis di World Cup terakhir, tapi lumayan nggak punya sejarah di Euro. Apalagi Inggris, adalah satu-satunya negara Eropa yang udah pernah juara dunia tapi nggak pernah lolos semifinal Euro. Dengan alasan sejarah itu, ibaratnya saya udah bisa bilang mereka nggak akan mungkin menang, tapi tetap saya bela juga. Bisa saja, kan, saya memilih Jerman atau Spanyol yang memang jago-jago banget kalau di Euro. Spanyol juga punya Pique yang gantengnya subhanallah. Tapi, semacam ada rasa cinta yang harus saya perjuangkan untuk kedua tim ini. Makanya, saya bilang motivasi ini adalah motivasi intrinsik. Beda tuh, kalau saya mendukung Jerman karena kejagoannya dan Spanyol karena kegantengan pemainnya.

Kisah apalagi ya yang terjadi selama Euro Cup ini? Taruhan!!!!! Sadar nggak sih, ternyata di dalam taruhan itu ada konsep motivasi juga?? Iya, benar loh, memang ada yaitu konsep motivasinya Richard Solomon.
Nah, Solomon mengatakan bahwa setiap perasaan positif/negatif itu akan diikuti perasaan yang sebaliknya yang akan menentukan motivasi individu tersebut. Contohnya ya tadi, orang taruhan. Awalnya sih dia takut buat ikut taruhan, takut kalau kalah malah rugi besar (ini perasaan negatif). Tapi ketika pertama kali ikutan dia menang, dia merasa “Ah, ternyata nggak seperti yang aku bayangkan,” (perasaan positif). Perasaan negatif yang diikuti perasaan positif itu akan meningkatkan motivasi si individu untuk mengulang lagi kegiatannya. Ya itu, ketika tidak terjadi kerugian besar yang diduganya, si orang itu jadi ketagihan buat terus ikut taruhan lagi, bahkan terkadang nominal taruhannya ikut-ikutan membengkak.
Lalu sampai lah ketika rasa senang yang berlebihan itu harus berujung kesedihan karena ternyata taruhan yang dimasukkannya rugi besar-besaran. Perasaan positif karena menang terus itu akhirnya diikuti perasaan negatif akibat kekalahannya. Menurut teorinya sih, ketika rasa positif diikuti perasaan negatif maka individu akan termotivasi untuk menghentikan kegiatannya. Seharusnya sih, setelah kalah, si orang itu berhenti taruhan. Tapi, ya kembali, itu hanyalah teori. Banyak sekali orang di luar sana yang nggak kapok juga setelah kalah besar.

Hal-hal kecil yang ada di sekitar kita ternyata nyangkut banget ya dengan apa yg sudah saya pelajari selama ini di psikologi. Semakin cinta aja sama psikologi ini.
Baiklah, Reds, lain kali kita bahas lagi ya masalah aktual tajam dan terpercaya di sekitar kita yang ternyata nyangkut banget di ilmu psikologi. Good nite! :*

Friday, June 8, 2012

Mini Project : Pendidikan Prasekolah di TK Bina Kusuma


TOPIK     :  (9) Ruang Lingkup Pendidikan Usia Prasekolah
JUDUL    :  Pendidikan Anak Prasekolah di TK Bina Kusuma


BAB 1 :  PERENCANAAN

1.1              PENDAHULUAN
Pendidikan prasekolah adalah hal yang menarik perhatian orang tua, masyarakat, dan pemerintah sebagai pengambil keputusan. Seiring berkembangnya zaman, orang tua menyadari bahwa kualitas pada masa anak-anak (early childhood), termasuk masa prasekolah, merupakan cermin kualitas bangsa di masa depan.
Pada masa kini, kebanyakan orang tua berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah secepat mungkin dengan alasan agar anak pintar lebih cepat dari anak-anak lainnya. Yang menjadi fokus penelitian ini adalah apakah kegiatan atau pendidikan yang diberikan lembaga pendidikan prasekolah masa kini sudah sesuai dengan tahapan perkembangan atau kurikulum yang semestinya?

1.2              LANDASAN TEORI
1.2.1    Sejarah dan Tokoh
Sebagai ayah pendidikan anak usia bayi, Frederich Wilhelm Froebel, sangat mempengaruhi rancangan model sekolah prasekolah di seluruh dunia masa kini. Ia menciptakan garden of children atau kindergarten (Taman Kanak-Kanak) dimana pendidikan di dalamnya perlu mengikuti sifat anak pada masa itu, yaitu bermain. Hal penting lainnya adalah dasar bagi kurikulum yang dirancang Froebel, yaitu gift (objek yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan menghitung), occupation (materi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola, membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat kertas, dll), nyanyian, dan permainan yang mendidik.

1.2.2    Anak Prasekolah
Menurut Biechler dan Snowman (1993), anak prasekolah adalah anak usia 3-6 tahun. Snowman (1993) mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah yang biasanya ada di TK. Ciri-ciri yang dikemukakan meliputi :
Ciri Fisik :
·         Sangat aktif, menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri
·         Kemampuan motorik kasar lebih berkembang daripada kemampuan motorik halus
·    Memiliki kesulitan dalam memfokuskan pandangan pada objek kecil yang menyebabkan koordinasi tangan dan mata belum sempurna
·       Anak laki-laki lebih terampil melakukan kegiatan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih terampil melakukan kegiatan motorik halus

Ciri Sosial :
·     Umumnya memiliki satu atau dua sahabat berjenis kelamin sama, namun cepat berganti karena anak sangat mudah menyesuaikan diri
·         Kelompok bermain kecil dan tidak terstruktur
·   Perselisihan sering terjadi namun tidak akan berlangsung lama, biasanya karena perebutan mainan
·         Memiliki kesadaran akan gender dan sex typing

Ciri Emosional :
·         Cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka dan lebih sering berperilaku tempertantrum

Ciri Kognitif :
·         Sudah terampil berbahasa dan sangat senang berbicara
·         Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi sesuai dengan minat

1.2.3        Pendidikan Prasekolah
Menurut The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), pendidikan prasekolah (early childhood education) adalah pelayanan yang diberikan dalam tatanan masa kanak awal. Fungsi pendidikan prasekolah sendiri merupakan sebagai persiapan anak untuk masuk ke jenjang pendidikan yang lebih matang.
Menurut UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 12 (2), pendidikan prasekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasai pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.

1.2.4        Bermain
Menurut Bergen (1988), bermain dalam tatanan pendidikan prasekolah dapat digambarkan sebagai berikut :
·    Bermain bebas ; kegiatan bermain dimana anak berkesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan memilih bagaimana menggunakan alat tsb
·       Bermain dengan bimbingan ; kegiatan bermain dimana guru memilih alat dan anak dapat memilih untuk menggunakannya dengan konsep tertentu
·  Bermain dengan diarahkan ; kegiatan bermain dimana guru mengajarkan bagaimana menyelesaikan suatu tugas khusus

Melalui kegiatan bermain, guru mendapat gambaran tentang tahap perkembangan dan kemampuan umum anak. Bentuk bermain tersebut :
Bermain Sosial
Dengan bentuk seperti ini, guru dapat melihat partisipasi anak dalam suatu kegiatan bermain dan akan menunjukkan derajat partisipasi berbeda. Parten (1932) dan Brewer (1992) menjelaskan berbagai derajat partisipasi anak :
·       Solitary Play ; anak bermain sendiri tanpa menghiraukan anak lainnya
·       Onlooker Play ; anak hanya sebagai penonton dalam permainan tersebut
·      Parallel Play ; anak menggunakan mainan yang sama atau meniru cara anak lain bermain, namun tetap bermain sendiri
·       Associative Play ; anak bermain bersama namun permainan tidak terstruktur
·       Cooperative Play ; anak bermain bersama dengan aturan-aturan tertentu

1.2.5    Praktik Pendidikan Anak Prasekolah
Pada tahun 1986, NAEYC meneliti isu praktik yang cocok dikembangkan pada program masa awal anak-anak. Dalam suatu studi, anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah dengan praktik yang cocok menurut dokumen yang diterbitkan NAEYC memperlihatkan perilaku kelas yang lebih cocok dan kebiasaan belajar yang lebih baik (Hart & others, 1993).
KOMPONEN
PRAKTIK YANG COCOK
PRAKTIK YANG
TIDAK COCOK
Perkembangan bahasa, melek huruf, dan
perkembangan kognitif
Mendengar dan membaca cerita, bermain drama, mengikuti kunjungan lapangan, berbicara secara informal dengan anak-anak dan orang dewasa lain
Mengenal huruf tunggal, membaca alphabet, menyanyikan nyanyian alphabet, mewarnai sesuai pola, menulis huruf di atas pola yang sudah tercetak
Mengembangkan pemahaman konsep diri dengan berinteraksi dengan lingkungan, mencari solusi atas masalah konkret, mempelajari matematika, sains, ilmu sosial, kesehatan yang diintegrasikan melalui kegiatan bermakna
Pelajaran menekankan perkembangan keterampilan secara terpisah melalui ingatan. Perkembangan kognitif anak dilihat sebagai terkotak-kotak dalambidang pelajaran, dan jadwal disusun untuk setiap pelajaran itu
Perkembangan fisik
Mengembangkan otot besar melalui berlari, melompat, melakukan kegiatan di luar rumah dan direncanakan setiap hari
Peluang untuk mengembangkan otot besar terbatas karena belajar terfokus di dalam ruangan
Mengembangkan otot kecil melalui melukis, menggunting, dll
Kegiatan otot kecil terbatas pada menulis dengan pensil, mewarnai bentuk yang sudah digambar sebelumnya, dll
Perkembangan astetika dan motivasi
Mengekspresikan diri dengan seni dan musik difasilitasi oleh alat seni
Seni terdiri dari mewarnai sesuai contoh, menyanyi mengikuti arahan guru
Keingintahuan untuk memahami dunia digunakan untuk memotivasi anak untuk terlibat dalam belajar
Anak diwajibkan berpartisipasi, untuk memperoleh hadiah atau untuk menghindari hukuman
Namun semakin berkembangnya zaman juga menuntut perubahan praktik yang dilakukan oleh lembaga pendidikan prasekolah, namun tetap disesuaikan dengan tahap perkembangan anak sehingga menghasilkan perilaku yang diinginkan serta menjadi persiapan yang matang untuk anak masuk ke kelas satu.

1.3              ALAT/BAHAN
-          Kamera                  -Notes             -Pulpen

1.4       ANALISIS DATA   
Data diperoleh melalui kegiatan observasi langsung di lembaga pendidikan prasekolah yang telah ditentukan. Data yang telah diperoleh akan diolah sesuai dengan teori pendidikan anak prasekolah.

1.5       SAMPEL PENELITIAN DAN LOKASI PENGAMBILAN DATA
Sampel     :  Siswa dan guru kelas TK-A dan TK-B di TK Bina Kusuma
Lokasi      :  TK Bina Kusuma Jl. Karya Wisata No. 20,22,24, Sumatera Utara

1.6              JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No.
URAIAN
MAR
APR
MEI
JUN
1
Diskusi Pemilihan Topik













2
Diskusi Pemilihan Judul dan Teori












3
Observasi












4
Pengolahan Data












5
Diskusi dengan Dosen












6
Diskusi Kelompok












7
Pembuatan Poster












8
Posting Blog














BAB 2 : PELAKSANAAN

2.1              SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
22 Maret 2012  :  Diskusi Pemilihan Topik
27 Maret 2012  :  Diskusi Pemilihan Judul dan Teori
12 Mei 2012      :  Observasi
17 Mei 2012     :  Pengolahan Data
25 Mei 2012     :  Diskusi dengan Dosen
25 Mei 2012     :  Diskusi Kelompok
27 Mei 2012      :  Pembuatan Poster
8 Juni 2012     :  Posting Blog


BAB 3 :  LAPORAN DAN EVALUASI DATA

3.1              LAPORAN
1.   Jadwal Kegiatan (Sabtu, 12 Mei 2012)
08.00 – 08.30  :  Bel berbunyi, berbaris, berolahraga, permainan, menyanyi dan
menari bersama
08.30 – 09.15  :  Sesi kelas pertama
09.15 – 09.30  :  Istirahat, bermain bersama di luar kelas, cuci tangan dan berdoa
bersama sebelum makan
09.30 – 10.00  :  Makan bersama di dalam kelas masing-masing
10.00 – 11.00  :  Sesi kelas kedua, pulang

2.   Sistematika Observasi
·      Kelompok tiba di TK Bina Kusuma pada pukul 07.55. Anak-anak sedang bersiap di ruang tengah sekolah
·    Pukul 08.00 anak-anak berbaris membentuk lingkaran di ruang tengah dan berolahraga kecil, menyanyi dan menari bersama yang diarahkan langsung oleh guru-guru yang berdiri di tengah lingkaran
·        Pukul 08.30 anak-anak masuk ke kelasnya masing-masing. Kelompok masuk ke kelas TK-A.
-    Kelas berkapasitas 16 orang, namun yang hadir hanya 12 orang pada Sabtu, 12 Mei 2012. Kelas dipimpin oleh dua orang guru, Miss Yati dan Miss Yesi. Kelas berukuran kurang lebih 3 x 3 m dengan dua meja besar di kedua sisinya, masing-masing meja diisi oleh 8 orang anak yang dibedakan antara laki-laki dan perempuan. Dinding kelas diisi dengan hasil karya siswa dan beberapa gambar sebagai pembantu materi pelajaran.
-   Anak-anak masuk kelas, duduk di kursinya, lalu berdoa yang dipimpin oleh Miss Yati dan Miss Yesi. Doa dilakukan dengan nyanyian dalam bahasa Inggris. Kelompok memperkenalkan diri, anak-anak maju bersalaman dan memperkenalkan diri kepada kelompok
-    Miss Yati meminta anak-anak mengeluarkan pr dan mengumpulkannya kepada Miss Yesi.
-  (1) Anak-anak mengeja alphabet dalam bahasa inggris menggunakan gambar yang ditempel di papan tulis dan dibimbing oleh Miss Yati. (2) Anak-anak menghitung angka 1-30 dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris dan dibimbing oleh Miss Yati. (3) Anak-anak dipanggil satu-satu ke depan untuk menulis satu kata yang diarahkan Miss Yati, kecuali beberapa anak yang memiliki kekurangan
-      Beberapa anak yang mendapat perhatian khusus dari guru adalah :
(1)   A: belum mampu berbicara dengan jelas padahal usianya sudah 5 tahun, belum bisa baca tulis, tidak bisa memfokuskan perhatian
(2)   K: menggunakan alat bantu pendengaran, guru harus menggunakan bahasa isyarat untuk memberi instruksi, cepat menangkap pelajaran
(3)   Ke : terlalu sering melamun, sering memandang dirinya sebagai orang dewasa
(4)   As : unggul dalam audio, saat belajar ia tidak  melihat gurunya sedang menerangkan di depan tetapi ketika diberikan pertanyaan terkait ia mampu menjawab dengan tepat
·    Pukul 09.15 anak-anak selesai sesi kelas pertama. Anak-anak diizinkan bermain di ruang tengah sekolah hingga pukul 09.30. Sebelum masuk kelas, anak-anak dibagi ke dalam dua barisan untuk mencuci tangan. Setelah seluruh anak mencuci tangan, anak-anak berbaris di depan kelasnya masing-masing dan berdoa serta menyanyi bersama.
·    Pukul 09.30 anak-anak masuk ke kelas masing-masing dan makan bersama, kelompok menunggu di luar agar kegiatan makan bersama tidak terganggu
·       Pukul 10.00, anak-anak masuk ke kelas masing-masing. Kelompok masuk ke kelas TK B.
-     Kelas berkapasitas 32 orang, namun yang hadir hanya 22 orang pada Sabtu, 12 Mei 2012. Kelas dipimpin oleh tiga orang guru, Miss Mira, Miss Rin, dan Miss Evi. Kelas berukuran kurang lebih 3,5 x 4,5 m dengan 4 meja besar di kedua sisinya, masing-masing meja diisi oleh 8 orang anak. Dinding kelas diisi dengan hasil karya siswa dan beberapa gambar sebagai pembantu materi pelajaran.
-   Anak-anak sudah duduk rapi dikelas setelah makan bersama. (1) Miss Evi membagikan buku prakarya. Miss Evi meminta mereka menggunting kertas yang sudah berpola dan menempelkannya di buku prakarya sesuai contoh gambar yang tertera. (2) Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan prakarya, anak-anak dibimbing oleh Miss Evi untuk menghafalkan Pancasila beserta simbolnya. Anak-anak sudah terlihat lancar dalam menghafal. (3) Miss Evi memanggil beberapa anak untuk berlomba di depan kelas secara bergiliran hingga seluruh anak berkesempatan ikut andil dalam lomba. Miss Evi memberikan karton berbentuk rumah yang sisi-sisinya berlubang yang nantinya akan dimasukkan tali sesuai dengan pola yang sudah ada.
-     Anak-anak banyak diminta menyanyikan nyanyian yang telah diajarkan sebelumnya dan dibimbing oleh Miss Rin dan Miss Mira.
-     Beberapa anak yang mendapat perhatian khusus dari guru adalah :
(1)   I : sulit menangkap pelajaran dan sulit berkonsentrasi
(2)   A : memiliki mistrust yang tinggi, sulit beradaptasi dengan orang baru dan hanya percaya kepada gurunya saja
(3)   Ay : selesai paling dahulu ketika diminta mengerjakan prakarya ; pada saat lomba ketika anak-anak memulai rajutan tali dari puncak rumah, ia memulai dari sisi bawah rumah
(4)   F : mudah stress ketika tidak mampu menyelesaikan suatu tugas, ia akan menendang kursinya dan menjambak rambutnya
·       Pukul 11.00, anak-anak pulang. Jika belum dijemput orang tuanya, anak tidak diizinkan keluar kelas. Selagi menunggu orang tuanya, anak-anak diizinkan menghabiskan bekal makanan atau bermain.
-    H dan A bermain mobil-mobilan, satu mobil dimainkan bersama. N hanya menonton permainan mereka, namun ikut memberi arahan terhadap kecepatan dan arah mobil melaju
-   F, A, S, P mengisi waktu luangnya dengan menggambar. Mereka saling mencontoh gambar temannya namun tetap menggambar di bukunya sendiri

3.2              EVALUASI
·         Kegiatan prasekolah menurut dasar kurikulum Froebel :
-          Gift : objek yang dapat dipegang dan digunakan anak sesuai instruksi guru, sehingga anak dapat belajar tentang bentuk, ukuran, warna, dan menghitung. Anak-anak di TK Bina Kusuma tidak menggunakan objek langsung. Anak-anak menggunakan gambar atau poster yang berisi gambar-gambar angka atau huruf untuk dipelajari melalui bimbingan guru.
-          Occupation : materi untuk mengembangkan berbagai keterampilan, seperti menjahit sesuai pola, membuat bentuk mengikuti pola, menggunting, menggambar, menempel dan melipat kertas, dll). Anak-anak di TK Bina Kusuma sudah memenuhi dasar kurikulum ini. Anak-anak menggunting, menggambar, menempel, dan melipat kertas.
-          Nyanyian : Anak-anak di TK Bina Kusuma menggunakan nyanyian di dalam kelas dan doa yang disusun sebagai nyanyian. Kebanyakan nyanyian yang digunakan dalam bahasa inggris.
·         Kegiatan prasekolah dilihat dari pemenuhan perkembangan fisik, kognitif, dan sosioemosional.
-          Fisik : Anak-anak di TK Bina Kusuma berolahraga kecil dan menari dahulu sebelum masuk ke kelas untuk sesi pertama. Selain itu, pada saat istirahat, anak diizinkan untuk bebas berlari, melompat, dan bermain yang melibatkan aktivitas fisik bersama dengan teman-teman lainnya
-          Kognitif : Anak-anak di TK Bina Kusuma melatih kognisi melalui hafalan huruf dan angka dengan bahasa Inggris. Mereka juga menyelesaikan kegiatan prakarya dimana membutuhkan kemampuan memori yang kuat untuk mengingat dan mencocokkan hasil prakarya mereka dengan contoh, dll
-       Sosioemosional : Anak-anak di TK Bina Kusuma melatih perkembangan sosioemosional melalui kegiatan bermain dengan teman-temannya. Mereka dilatih untuk berinteraksi dan menyesuaikan emosi mereka di lingkungan kelas
·     Sedangkan menurut isu praktik yang cocok yang dikeluarkan NAEYC, kebanyakan praktik yang ada termasuk ke dalam praktik yang tidak cocok. Menurut kelompok, terdapat perbedaan pandangan mengenai praktik yang cocok-tidak cocok dengan alas an tahun penelitian dimana penelitian ini dilakukan tahun 1986. Seiring perkembangan zaman, tentunya akan ada perubahan pandangan mengenai praktik yang cocok-tidak cocok, seperti kebutuhan untuk belajar bilingual yang kini merupakan isu penting di masa prasekolah tentu akan menjadi praktik yang sangat tidak cocok di tahun 1986.

3.3              TESTIMONI
·         Laili Isrami (11-020)
Menurut saya, tugas proyek mini adalah hal yang baru dan merupakan tugas yang menyenangkan karena anak-anak sebagai sampel penelitian lucu dan menerima kelompok kami dengan baik

·         Haifa Chairunnisa (11-050)
Menurut saya, tugas proyek mini cukup membantu saya dalam mengaplikasikan teori yang telah pelajari sebelumnya. Bagi saya dan kelompok, penelitian ini sangat menyenangkan karena siswa dan murid cukup kooperatif selama observasi berlangsung

·         Ratri P.S. (11-098)
Menurut saya, tugas proyek mini ini merupakan hal yang baru dan cukup menantang dan cukup menyenangkan. Dan dengan adanya tugas proyek mini ini saya menjadi lebih mengerti mengenai teori yang telah dipelajari dan yang berhubungan langsung dengan tugas mini proyek ini.

3.4       POSTER

3.5              LAMPIRAN


DAFTAR PUSTAKA

Patmonodewo, DR. Soemiarti. 2000. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta dan Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Papalia, Diane E., Olds Sally Wendkos, Feldman Duskin Ruth. 2008. Human Development Edisi 10 Buku 1. Jakarta : Salemba Humanika
Santrock, John W.. 2002. Life-Span Development : Perkembangan Masa Hidup, Edisi 5, Jilid 1, University of Texas at Dallas. Jakarta : Erlangga
Hurlock, Elizabeth B.. 1980. Developmental Psychology : A Life-Span Approach, Fifth Edition. Jakarta : Erlangga