Tuesday, April 24, 2012

Psikologi Pendidikan dan Teknologi Pembelajaran

KELOMPOK 17


1.         Persinggungan antara Teknologi dan Pendidikan
Teknologi kini sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia saat ini, khususnya di bidang pendidikan. Bisa dilihat dari penggunaan komputer-komputer di sekolah dan pengaksesan internet dalam menyelesaikan tugas sekolah. Pada intinya, sesuai dengan fungsi teknologi itu sendiri, teknologi sangat membantu untuk mempermudah proses pendidikan.
Contohnya :
-          Penggunaan proyektor yang digunakan oleh pendidik untuk mempermudah penyampaian materi
-          Penggunaan tape recorder dalam program listening atau reading untuk mata pelajaran bahasa Inggris

2.         Internet Learning dan Kaitannya dengan Pendidikan di Indonesia
Seperti kita ketahui, penggunaan internet learning di luar negeri sudah sangat aktif dan merata dibandingkan dengan penggunaan internet learning di Indonesia.
Di luar negeri, pembelajaran berbasis internet bahkan sudah diperkenalkan dan mulai digunakan sejak grade preschool dan kemudian berkembang ke grade berikutnya. Sementara di Indonesia, penggunaan internet sebagai media belajar belum terlalu aktif dan merata. Hal ini mungkin disebabkan beberapa hambatan-hambatan, seperti :
-          Pendidik dan anak didik yang kurang melek teknologi. Melek teknologi bukan berarti pendidik dan anak didik sama sekali tidak mengenal dan tahu apa itu teknologi, serta bagaimana cara menggunakannya. Tetapi anak didik dan pendidik belum mengetahui teknologi mana yang useable dan unuseable
-          Kecemasan orang tua terhadap dampak negative dari penggunaan internet, seperti situs-situs yang membahayakan bagi anak. Kecemasan tersebut membuat orang tua membatasi anaknya dan di sisi lain akan menghambat wawasan anak lebih luas
-          Stereotipe bahwa penggunaan internet hanya untuk orang-orang dengan kemampuan ekonomi menengah ke atas. Dikhawatirkan, penggunaan internet semakin menimbulkan kesenjangan antara si kaya dan si miskin
-          Fasilitas yang kurang memadai, termasuk jangkauan internet ke daerah-daerah. Tak perlu ke daerah, di kota saja masih sulit untuk mencari akses internet yang lancar

3.         Ubiquitous Computing
Ubiquitous computing menekankan pada distribusi komputer untuk lingkungan, tidak lagi secara personal. Hal ini akan memungkinkan satu orang menggunakan lebih dari satu perangkat. Hal-hal yang dulu hanya bisa dikerjakan melalui komputer, kini telah digantikan oleh perangkat-perangkat yang lebih praktis dan dapat digunakan di mana saja. Contohnya, dahulu, pengaksesan internet hanya bisa digunakan melalui komputer yang telah disambungkan dengan jaringan. Saat ini, dengan kecanggihan teknologi yang ada, pengaksesan internet dapat dilakukan melalui aplikasi-aplikasi yang lebih praktis seperti pada gadget-gadget yang kini digunakan orang banyak.
Sebagai mahasiswa yang sedang mengenyam kegiatan pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, ubiquitous computing ini sangat membantu karena untuk mengakses informasi sudah menjadi lebih mudah. Misalnya, hanya berbekal fasilitas notebook dan modem atau wi-fi, mahasiswa sudah dapat mengakses informasi untuk kepentingan tugas, mengirim tugas melalui email, dan mengadakan diskusi online. Ubiquitous computing, dalam hal ini notebook dan modem/wi-fi, mempermudah kita melakukan banyak hal dalam rangka mendapatkan informasi hanya menggunakan perangkat yang simple dan dapat dilakukan dimana saja. Contoh lainnya adalah smartphone yang juga mempermudah proses pendidikan. Hanya dengan menggunakan aplikasi browser kita sudah dapat men-download file-file yang mungkin diperlukan dalam proses atau kegiatan pendidikan kita.

Friday, April 13, 2012

Psikologi Sekolah


KELOMPOK 5



1.         Kedudukan Psikologi Sekolah dalam Ilmu Psikologi
Psikologi sekolah merupakan suatu cabang ilmu dari psikologi pendidikan.

2.         Perbedaan Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah
Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana proses belajar mengajar dalam lingkup pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah yang merupakan cabang dari psikologi pendidikan mempelajari bagaimana menciptakan keefektifan dalam proses belajar mengajar di sekolah, baik dari sisi pendidik dan anak didik.

3.         Fungsi Sekolah Sebagai Agen Perubahan
Sekolah merupakan wadah bagi anak untuk melakukan proses belajar, baik dari segi perkembangan kognitif, perkembangan sosioemosional, dan perkembangan fisik. Anak yang sebelumnya berperan sebagai seorang anak di dalam keluarga, kini berperan sebagai agen sosial yang berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya melalui proses belajar.

4.         Metode dalam Sistem Pengajaran Sekolah
Metode dalam sistem pengajaran terkini ada dua jenis dan disesuaikan dengan usia belajar anak. Misalnya, anak TK, SD, dan SMP akan lebih dianjurkan untuk menggunakan metode teacher-centered dimana pendidik lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Sementara untuk anak SMA dan mahasiswa akan sangat dianjurkan untuk menggunakan metode learner-centered dimana anak didik lebih aktif dan reflektif untuk melakukan kegiatan belajar.


5.         Permasalahan di Sekolah dan Solusi
Sejak lama, disiplin murid merupakan masalah besar bagi guru. Kebanyakan guru mengatasinya dengan metode represif yang digunakan untuk menegakkan hukum, seperti menyindir, mengubah tempat duduk, memberi nilai jelek, bahkan mengusir. Tentu saja hal ini salah karena pendidik bukanlah polisi.
Menurut Kooi dan Schutx (1975), hal yang dianggap sebagai pelanggaran disiplin dikategorikan ke dalam lima kategori, yaitu :
·         Agresi fisik ; pemukulan, perkelahian, perusakan, dsb
·         Kesibukan berteman ; berbincang, berkunjung ke bangku teman lain tanpa izin, dsb
·         Mencari perhatian ; mengedarkan tulisan atau gambar untuk mengalihkan perhatian dari pelajaran
·         Menantang wibawa guru ; memberontak, tidak mau menurut, memrotes kasar, dsb
·         Merokok di sekolah, datang terlambat, membolos, cabut, mencuri, tidak berpakaian sesuai aturan, mem-bully, dsb

Solusi yang ditawarkan berupa pendekatan terhadap anak didik, seperti pendidik perlu mengevaluasi sebab anak didik melakukan pelanggaran tersebut.  Bossone (1979) menyatakan bahwa pelanggaran disiplin banyak tergantung pada keberhasilan guru mengelola kelas agar suasana kelas menyenangkan dan efektif sebagai sarana belajar.
Beberapa saran bagi pendidik adalah mengenali anak didiknya ; melibatkan siswa dalam membuat aturan bagi kelas ; pelaksanaan kegiatan dan aturan bersifat efisien dan konsisten, dan bertindak arif.

6.         Fungsi dan Peran Psikolog Sekolah
Fungsi dan peran psikolog sekolah dibagi ke dalam lima tugas pokok, yaitu :
·         Diagnosis
·         Intervensi langsung
·         Konsultasi pendidikan
·         Evaluasi
·         Pelacakan kembali

7.         Layanan yang Diberikan Oleh Psikolog Sekolah
Menurut Jack I. Bardon (1982), ada empat tingkat pelayanan atau fungsi psikologi yang dapat dilacak berdasarkan sejarah perkembangannya.
Tingkat I semakin berkembang. Yang tadinya berfungsi hanya sebagai tes kecerdasan, yang kemudian bertambah dengan pemberian laporan tertulis yang berisi gambaran kelemahan dan kekuatan yang terungkap dalam tes.
Tingkat II dipengaruhi oleh perkembangan psikologi klinis, yaitu perubahan dari menyajikan laporan dan interpretasi hasil tes menjadi melaksanakan praktek klinis psikoedukasi. Praktek klinis tersebut dapat berupa menerima referal langsung dari guru, orang tua, staff/tata usaha, dan lembaga masyarakat di sekitarnya, melakukan tes lengkap, mengungkap informasi pengaruh kehidupan keluarga dan sekolah yang erat kaitannya dengan masalah yang dihadapi anak didik, dan mengkonsultasikan hasil tes anak didik kepada guru dan orang tua untuk mengevaluasi anak.
Pada tingkat III, layanan yang diberikan oleh psikolog sekolah semakin erat dengan masalah kelompok dalam kelas dan pendekatan intervensinya semakin berorientasi dengan pendidikan, tercakup dalam pendekatan intervensi yaitu pendidikan afektif dalam kelas, penataran staff, dan pendidikan orang tua siswa.
Pada tingkat IV, psikolog sekolah tidak hanya melakukan intervensi langsung kepada siswa, guru, dan orang tua, namun juga terlibat dalam tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan sekolah.

8.         Perbedaan Psikolog Pendidikan, Psikolog Sekolah, dan Guru BK
Psikolog pendidikan adalah ahli psikologi yang menerapkan profesi psikologi di lingkungan pendidikan terkait dengan psikologi belajar atau pengembangan tes prestasi ataupun segala kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajar secara luas.
Psikolog sekolah adalah ahli psikologi yang menerapkan profesi psikologi di sekolah terkait dengan evaluasi anak didik, intervensi dengan anak didik, pendidik, dan orang tua dalam rangka menciptakan keefektifan belajar anak didik di sekolah, bahkan terlibat dalam tindakan yang menyangkut kebijakan dan prosedur sekolah dalam pengembangan dan evaluasi program dan pelayanan sekolah.
Bimbingan dan Konseling di sekolah diartikan sebagai pelayanan khusus yang terorganisasi sebagai bagian integral dari lingkungan sekolah, yang tugasnya meningkatkan perkembangan siswa dan membantu siswa ke arah penyesuaian yang lebih tepat, serta pencapaian prestasi belajar yang maksimal sesuai dengan potensi mereka masing-masing. Jadi, tugas guru BK lebih kepada membantu anak didik untuk memecahkan permasalahan pribadinya yang kemungkinan mengganggu proses dirinya di sekolah.

Friday, April 6, 2012

Peran Pre-School dalam Perkembangan Kognitif, Sosioemosional, dan Fisik Anak


KELOMPOK 18



Seberapa pentingkah pre-school dalam membentuk perkembangan anak, baik dari segi kognisi, sosioemosional, dan fisik?

1. KOGNITIF
Pada masa ini, anak mulai belajar untuk terampil berbahasa. Mereka senang berbicara, cenderung cerewet dalam melatih keterampilan mereka. Keterampilan ini dapat dikembangkan melalui interaksi dengan lingkungan sekitarnya.
Peran pre-school pada perkembangan kognitif anak usia dini adalah untuk melatih anak mengembangkan keterampilannya. Mungkin lebih tepat jika pendidik lebih mengutamakan bagaimana anak usia dini mampu mengenal betapa bermanfaatnya  membaca dan menulis yang merupakan beberapa cara untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sebelum mereka diajarkan untuk menyebutkan huruf, menyuarakan, dan mengenal kata. Keterampilan dasar akan berkembang dengan baik bila anak merasakan manfaatnya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh pendidik pre-school antara lain mendengar dan membaca cerita, mengikuti kunjungan lapangan, ikut di dalam permainan drama, berbicara secara informal dengan anak lain dan orang dewasa di sekitarnya.
Selain itu, pre-school juga diharapkan memandu anak untuk tetap belajar pada koridornya dengan model aktif-konkret, sehingga anak tidak dibiarkan berpikir abstrak yang akan mengganggu pola belajar anak pada masanya.

2. SOSIOEMOSIONAL
Pada masa ini, anak terkenal dengan emosinya yang meledak-ledak sehingga agak sulit untuk diarahkan. Pola emosi umum dapat berupa amarah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih saying, yang dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan di sekitarnya. Kemandirian dan perbedaan gender sudah mulai terlihat.
Pada masa ini, anak akan mengembangkan pola bermain constructive play dan pretend play. Anak cenderung bermain dengan anak yang seusianya dan sejenis.
Peran pre-school pada perkembangan sosioemosional anak usia dini adalah melatih anak untuk mengekspresikan apa yang diinginkannya agar emosinya tidak meledak-ledak, serta membantu anak untuk mulai beralih dari pola bermain yang sendiri-sendiri menjadi memiliki keterlibatan dalam suatu kelompok.

3. FISIK
Pada masa ini, perkembangan fisik berlangsung lambat daripada pada masa bayi. Masa pertumbuhan fisik relative seimbang antara peningkatan berat badan dengan peningkatan tinggi tubuh. Kemajuan yang luar biasa terjadi pada kemampuan motorik kasar, seperti berlari, melompat, dan memanjat, dan halus, seperti mengancingkan baju, menggambar, dan kemampuan yang melibatkan otot halus serta koordinasi mata dan tangan.
Peran pre-school pada perkembangan fisik anak usia dini adalah dalam mengembangkan kemampuan motorik kasar dan kemampuan motorik halus. Pendidik dapat menyusun kegiatan yang mengembangkan otot-otot besar dengan kegiatan-kegiatan di luar rumah, seperti senam, bermain petualangan, dll. Keterampilan otot kecil juga dapat dikembangkan melalui kegiatan seperti teka-teki, menggunting, dan permainan lainnya yang dapat mengembangkan kemampuan tangan.