Monday, June 17, 2013

Tulus, Tangguh & Inspiratif



  Coba diacung tangannya, siapa yang tidak kenal dengan sosok di atas ini? Agak keterlaluan sih, pasalnya, belakangan ini beliau sedang menjadi pembicaraan di bidang pendidikan di Indonesia. Siapa beliau? Apa yang sudah beliau lakukan?

  Beliau adalah Een Sukaesih, warga Dusun Batukarut RT 01/06 Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang. Setamatnya dari program D3 jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan di IKIP Bandung (1985), Bu Een mengabdi sebagai guru SMA di Cirebon.
   
  Sejak 1982, dokter telah memvonis Bu Een menderita Rheumatoid Arthritis atau peradangan sendi. Selama tiga tahun mengenyam pendidikan, Bu Een masih bertahan. Hingga setelah sebulan mengajar di Cirebon, bu Een harus pulang ke Sumedang karena menderita kelumpuhan di sekujur tubuhnya. Kelumpuhan ini memaksanya terus berbaring hingga saat ini.
  
  Selama 28 tahun terbaring di tengah penyakitnya, Bu Een tidak berdiam diri. Ia menjadi pengajar bagi anak-anak di sekitar rumahnya. GRATIS!!! Kebayang nggak sih bagaimana besarnya hati bu Een? Beliau sakit, terkapar, tapi dengan semangatnya yang sangat besar untuk memajukan pendidikan Indonesia itu, Bu Een masih bersedia nggak dibayar untuk mendidik anak Indonesia. Life for Education, itu prinsip hidupnya. Salut ya!! :''')


  Cerita tentang bu Een mulai menyeruak di acara penganugerahan Liputan6 Awards yang diselenggarakan oleh Liputan6 SCTV. Kategori Special Award yang diterima Bu Een diberikan langsung oleh Bapak Jusuf Kalla. Bu Een yang terbaring di kasurnya didorong ke atas panggung oleh murid-murid dan keluarganya. Seluruh hadirin acara tersebut langsung berdiri, bahkan tidak sedikit yang meneteskan air mata saat piala tersebut diterima oleh Bu Een.

  Saya pribadi, yang memang sangat sensitif dengan momen-momen seperti ini, langsung banjir air mata. Apalagi saat Keith Martin mempersembahkan lagu Because of You untuk Bu Een. Itu rasanya nggak bisa saya sebutkan lagi. Dada saya sampai sesak karena bahagia dan harunya melihat penghargaan itu jatuh ke tangan yang tepat. Bahkan untuk menulis paragraf ini, rasa haru itu masih menyeruak.
  Lalu momen mengharukan lainnya pada saat Bu Een diundang pihak Universitas Pendidikan Indonesia, dulunya IKIP Bandung tempat Bu Een menimba ilmu, untuk menerima penghargaan sekaligus berbagi pengalaman. Disana Bu Een dipertemukan dengan personel Bimbo yang merupakan salah satu penyanyi favoritnya. Bu Een langsung menangis saat Acil  mencium keningnya, begitupun saya yang menonton di televisi. Bu Een juga menangis saat Ebiet G. Ade menyanyikan lagu untuknya. Tangis Bu Een kian menjadi ketika Bu Een dipertemukan dengan dosen favoritnya yang kini menjadi Rektor UPI.
  
  Melihat Bu Een, saya merasakan dua hal yang berkontradiksi. Saya sangat bangga bahwa Indonesia masih memiliki Bu Een dan semoga ada Bu Een lainnya. Tapi saya jauh lebih malu lagi, karena saya yang alhamdulillah sehat fisiknya tidak berbuat apa-apa yang lebih besar dari yang dilakukan Bu Een.

  Ketulusan Bu Een wajib kudu mesti harus menjadi pedoman bagi kita semua. Kekurangan itu bukan menjadi pembatas bagi siapapun untuk melakukan hal-hal yang besar dan mulia untuk lingkungan sekitar. Duuuh, banyak sekali loh yang bisa kita pelajari dari Bu Een. Semoga guru-guru masa kini dan masa depan bisa memiliki pandangan seperti Bu Een, yang tidak mengutamakan uang dan kepentingan pribadi. Amin.

  Menjadi guru yang biasa saja sulit, apalagi guru sangat luar biasa seperti Bu Een. Semangat terus, Bu Een!

Thursday, May 23, 2013

"Filantropis"

   Hai, Reds !!! Apa kabar??? Semoga baik ya. Ada yang mau tanya kabar saya? Hehe. Saya pusing nih, tugas bertebaran dan tidak ada ujungnya. Tapi ya namanya mahasiswa, kalau tidak ada tugas ya tidak ada kerjanya. Eh, tapi hari ini saya sedang sangat senaaaaaaaaang sekali. Sampai lebay ya, sudah menggunakan kata 'sangat' ditambah lagi kata 'sekali'. Tapi seriusan, saya sedang senang sekali hari ini. Ada kejadian apa sih? Akan saya ceritakan kok ;) By the way, mungkin entri kali ini saya tidak bercerita tentang sesuatu yang berhubungan dengan paedagogi, lebih ke pengalaman saya saja. Tapi sekedar share, manatau ada yang tertarik melakukan hal yang sama, kan tidak apa-apa. Yuk lah, selamat membaca ya, Reds !!

    Kamis, 23 Mei 2013 pukul 11.30, saya dan teman-teman berangkat ke Panti Jompo Harapan Jaya di Marelan dalam rangka penyelesaian tugas psikologi klinis berkaitan dengan kegiatan filantropis. Jadi, kegiatan ini harus kami lakukan selama satu bulan, termasuk dengan perencanaan dan persiapannya. Nah, hari ini adalah jadwal kegiatan pertama kami. Kenapa kami memilih panti jompo? Sebenarnya lebih senang dengan anak-anak, tapi kelompok lain sudah terlalu banyak. Kami mau sesuatu yang beda. Oh ya, sebelumnya juga kami sudah ditolak di tiga panti jompo lho. Jadi kami sangat berharap besar di panti jompo ini.
    
    Awalnya, saya agak ketakutan sih. Takut kegiatan kami gagal, takut tidak berjalan lancar, dan ketakutan lainnya. Masalahnya, pada saat survey, ada beberapa lansia yang sepertinya memiliki gangguan mental. Sekilas lihat sih, jadi halo effect gitu. Selain itu, saya juga takut tidak bisa berkomunikasi dengan halangan bahasa.
  
    Kami tiba di panti sekitar pukul 1 siang, jalanan macet sekali. Kami membawa kue untuk dibagikan. Lima belas menit kami bercerita dengan pengurusnya di kantor pengurus. Lalu setelah itu kami mulai berkeliling dan menyapa para lansia. Ternyataaaaaa, sangat menyenangkan lho bergabung dengan mereka. Banyak sekali cerita-cerita yang rasanya kalau diceritakan juga nggak cukup. Kesan pertama saat survey langsung buyar setelah lebih dekat dengan mereka. Kami memanggil mereka Ama dan Akong :)
    Ada satu Ama yang jadi tour guide kami. Beliau sangat ramah dan sociable. Melalui Ama inilah kami berkenalan dengan Ama dan Akong lainnya. Kemudian kami berkenalan dengan Akong yang tidak bisa berbicara, hanya bisa bilang 'Ampun' kalau sedang dihukum dan tingkahnya persis anak-anak. Lucuuuu sekali, rasanya pengen gemes-gemesin pipinya, tapi takut nggak sopan. Akong ini senang sekali meminta rokok, kami bolak-balik memberi pengertian kepada Akong bahwa kami tidak punya rokok. Akong ini juga senang sekali memeluk, membelai kepala, dan mencium Akong serta Ama lainnya. Seriusan gemes. Sayangnya arsip fotonya masih di teman lainnya.
    Lalu ada juga Ama Lisa, kata pengurusnya beliau retardasi mental. Memang sih, Ama Lisa tidak bisa berbicara dan tidak nyambung kalau diajak berkomunikasi. Kerjanya menyeret kursi kesana kemari dan senang berteriak untuk memanggil orang. Beliau nih yang di awal membuat saya takut. Tapi ternyata enggak kok. Ama Lisa senang sekali difoto :))
    Ada juga Ama lainnya. Beliau dapat berkomunikasi dengan baik. Ingatannya pun, sepertinya, masih baik. Hanya saja kakinya terserang polio sejak usia 7 tahun :( Ada Ama yang senang berdandan dan sibuk menyuruh kami belajar bahasa Jawa. Ada Akong yang berusia 97 tahun dan mantan juru ketik di masa perang. 
    Ada Acik Asun, yang katanya, dulu pernah ikut Seagames balap sepeda dan balap motor di Singapura. Sedihnya, Acik Asun tidak bisa melihat lagi. Kata beliau sih didukuni mantan pacarnya. Beliau juga pernah bekerja di Irak dan beberapa negara asing lainnya.
  
    Sebenarnya, saya sendiri tidak tahu apa yang dibicarakan para Ama dan Akong ini benar atau tidak. Tapi yang saya pahami adalah mereka membutuhkan teman cerita. Disitulah saya dan teman-teman lainnya berusaha menjadi pendengar yang baik bagi Ama dan Akong.

    Pelajaran yang bisa saya ambil hari ini rasanya sangat banyak. Saya belajar bagaimana pengurus di panti itu seharian menghadapi mereka. Saya juga belajar menjadi pendengar yang baik. Saya juga melatih kemampuan saya bersosialisasi, masalahnya saya tidak terlalu suka berhadapan dengan orang banyak. Oh ya, saya juga jadi tahu bahwa para lansia ini masuk kesini bukan terpaksa. Ya, ada sih beberapa yang terpaksa. Tapi beberapa orang malah meminta anaknya dibawa ke panti. Katanya mereka bosan tinggal di rumah sendiri karena anak dan cucunya sibuk masing-masing. Sementara kalau di panti mereka bisa duduk bersama teman-teman.
  
    Seandainya orang tua kalian sudah renta, apa kalian memasukkan mereka ke panti jompo juga? Jujur, saya termasuk orang yang paling anti dengan itu, walaupun mungkin ada beberapa alasan dari anak yang memasukkan orang tuanya ke panti jompo. Tapi rasanya, kan, bagaimana ya? Ibaratnya, seumur hidup mereka sudah mengurusi kita, sakit sehat tidak berdaya. Masa kita tidak bisa merawat mereka dan membahagiakan mereka di masa tuanya?

    Oh ya, satu hal juga yang ingin saya beritahu kepada kalian. Membantu itu sangat mudah. Tidak perlu uang jutaan untuk membantu orang lain. Hanya dengan mendengarkan mereka yang butuh teman cerita ternyata sudah membantu banyak. Melihat tertawa saat bercerita dengan saya, rasanya.... Ah! Senang sekali. Saya sampai haru dengan cara Tuhan menunjukkan kepada saya tentang betapa mudahnya membantu orang lain :)

Monday, May 20, 2013

Pembelajaran Bersama


DEG.. DEG.. DEG..
Loh, kenapa? Saya sedang deg-degan nih, Reds. Besok giliran kelompok saya mempresentasikan hasil tugas pengajaran kelompok kami di hadapan teman-teman sekelas dan juga Bu Dina. Sebenarnya sih saya nggak terlalu takut dengan hasil tugas kelompok kami. Saya rasa tugas pengajaran kami sudah pas dengan landasan teori yang kami pilih sebelumnya. Walaupun setelah menonton kembali videonya, saya lebih merasa tugas pengajaran kami terlihat seperti demo masak, tidak seperti video pengajaran teman-teman lainnya. Tapi nggak apa-apa, begitulah hasil kerja kami dan saya harus menghargai kerja keras kami.
Lah, terus apa dong yang buat deg-degan? Yaaah, ada satu dan lain hal yang nggak mungkin saya sebutkan disini karena akan menyebabkan tersinggungnya banyak pihak. Tapi salah satunya adalah kejadian di kelas minggu lalu. Kelas yang awalnya anteng, jadi tegang. Sebenarnya bukan salah Bu Dina juga kalau beliau marah, saya pun mungkin akan tersinggung jika kejadiannya sama. Untuk masalah slide, saya nggak terlalu khawatir karena saya sudah mencoba membuat slide sesuai dengan isi postingan di blog dan saya juga memperbaiki kekurangan-kekurangan slide kami dari beberapa presentasi kelompok sebelumnya.
Oh ya, terkait presentasi, pada awalnya saya ngedumel sih, kenapa Bu Dina meletakkan kelompok saya di hari terakhir kesempatan presentasi. Padahal, kan, kalau semakin awal, semakin cepat selesainya, jadi saya bisa fokus ke tugas yang lain. Tapi setelah saya mengetahui sesuatu hal, saya malah sangaaaat bersyukur dan berterima kasih kepada Bu Dina karena meletakkan kami untuk presentasi di hari terakhir. Apa sih apa sih?? Raffles belum posting tentang tugas kelompok ini di blognya!!!! Aaaaaaah rasanya pagi itu saya semakin lemas. Ya ampun, bisa-bisanya dia belum  posting padahal tanggal 5 Mei itu sudah saya ingatkan via sms L L L L Saya mau nangis rasanya, ketakutan. Di otak saya udah berseliweran pertanyaan dari Bu Dina kenapa Raffles belum posting. Winda dan Rajief yang duduk di sebelah kiri saya hanya bisa geleng kepala. Saya nggak bisa marah lagi sama Raffles, saya cuma minta dia segera memposting blog-nya setelah kelas selesai (Barusan saya cek blognya. Alhamdulillah, sudah posting. Tapi copas dari Merry dan baru diposting Sabtu, 18 Mei 2013 -___- Ya Tuhan, saya nggak paham lagi bagaimana mengingatkan teman saya yang satu ini). Dengan ini saya benar-benar bersyukur lagi kepada Tuhan, artinya mungkin Bu Dina masih memberikan kelompok kami kesempatan supaya Raffles sempat memposting blognya terlebih dahulu sebelum kami maju presentasi.
Reds, isi postingan ini bukan untuk menjelekkan siapa-siapa. Serius. Ini untuk pelajaran bersama. Apalagi buat saya. Dalam kejadian ini saya juga salah karena kurang peduli dengan anggota kelompok. Seharusnya saya lebih peka lagi, apalagi kepada Raffles. Saya juga salah nggak mengecek satu persatu blog teman-teman saya karena saya terlalu percaya bahwa semua bisa diandalkan. Sudah lah, apalagi yang mau disesali semuanya sudah terjadi. Yang penting Tuhan menunjukkan bahwa saya masih memiliki kekurangan yang haru diperbaiki dan setiap kejadian itu ada hikmahnya. Alhamdulillah.

Saturday, May 4, 2013

Laporan Pengajaran dan Observasi


TOPIK      :     (6)  Prinsip Hubungan Sekolah & Kehidupan dan Top 10 Kriteria
                        Guru yang Baik
JUDUL      :    Mengajari Anak Memasak Pisang Tabur Keju dan Susu Cokelat

Kelompok 6


BAB 1
PERENCANAAN

1.1              PENDAHULUAN
Mengajar itu memang penting, begitu pula pengajar. Sebuah proses pembelajaran yang baik membutuhkan pengajar yang baik pula. Namun yang juga penting adalah apakah siswa mau dan mampu belajar. Biasanya, seorang anak mau belajar jika ia merasa apa yang dipelajarinya penting, bermanfaat, dan menguntungkan baginya. Untuk itu, diperlukan pembelajaran yang bersifat demikian, salah satunya adalah pembelajaran yang berhubungan antara sekolah dan kehidupan.

        1.2              LANDASAN TEORI
        1.2.1        Prinsip Hubungan Sekolah dan Kehidupan
Dalam kerangka analisis, proses paedagogis menjadi penting untuk mempertimbangkan beberapa prinsip yang memandu proses paedagogis tersebut. Menurut Fatima Addine (2001; dalam Danim, 2010), prinsip paedagogis adalah tesis dasar teori yang menjadi standar dan prosedur tindakan untuk menentukan dasar paedagogis yang paling penting dalam proses pendidikan kepribadian. Addine mengemukakan enam prinsip yang mendasari proses paedagogis.
Namun, kelompok kami memusatkan proses pengajaran hanya pada satu prinsip, yaitu prinsip hubungan sekolah dan kehidupan. Prinsip ini didasarkan pada dua aspek penting, yaitu kaitan antara kehidupan dan pekerjaan sebagai kegiatan yang mendidik manusia. Dengan demikian, setiap konten yang pembelajar ambil di sekolah harus berguna dalam kehidupan sehari-hari, kini, dan kelak.

        1.2.2        Top 10 Kriteria Guru yang Baik
·                     Confidence
·                     Patience
·                     True compassion for students
·                     Understanding
·                   The Ability to look at life in a different way and to explain a topic in a different way
·                     Dedication to excellence
·                     Unwavering support
·                     Willingness to help student achieve
·                     Pride in student’s accomplishments
·                     Passion for life

        1.3              ALAT  & BAHAN
-       Kamera        -   Notebook
-      Pisang          -   Keju              -   Susu cokelat          -   Mentega
-     Pisau            -   Parutan         -   Wajan                  -   Sudip

        1.4              PESERTA DIDIK DAN LOKASI PENGAJARAN
Peserta Didik  :           2 orang adik Raffles dan 3 orang temannya
Lokasi           :           Rumah Raffles

        1.5              JADWAL PELAKSANAAN PENGAJARAN

No.
URAIAN
MARET
APRIL
MEI
1
Diskusi Pemilihan Topik












2
Diskusi Pemilihan Judul dan Teori












3
Pengajaran












4
Pengolahan Data dan Observasi












5
Posting Blog














BAB 2
PELAKSANAAN
  
        2.1       SISTEMATIS PELAKSANAAN PENELITIAN
18 Maret 2013  :  Diskusi Pemilihan Topik
18 Maret 2013  :  Diskusi Pemilihan Judul dan Teori
4 April 2013     :  Pengajaran
12 Apil 2013     :  Pengolahan Data dan Observasi
4 Mei 2013      :  Posting Blog


BAB 3
LAPORAN & EVALUASI

3.1       LAPORAN
Proses pengajaran yang telah dilakukan kelompok berjalan cukup lancar, walaupun banyak kendala yang dihadapi di awal. Pada perencanaan awal, jumlah anak-anak yang akan dilibatkan pada proses belajar-mengajar adalah sebanyak 5 orang. Namun pada hari pelaksanaan, ketiga teman-teman adik Raffles yang direncanakan terlibat, mendadak ketakutan dan mengundurkan diri. Padahal salah satunya sudah hadir di rumah Raffles dan tiba-tiba pulang. Pada akhirnya, Raffles dan Agnesia menjemput temannya yang lain lagi untuk mengikuti proses belajar-mengajar yang akan kami lakukan.
Setelah terkumpul tiga orang anak, akhirnya kami memulai pengajaran. Sepertinya anak-anak cukup mengerti dengan yang kelompok ajarkan. Namun dari data observasi, Kevin dari awal tidak tertarik dengan pengajaran yang akan kelompok lakukan. Agnesia terlihat sangat tertarik, namun masih terlihat malu-malu. Sementara Cantika seringkali mengusili anggota kelompok, namun untungnya ia sangat antusias dengan pengajaran sehingga lebih membantu kelompok melanjutkan pengajaran. Dari sisi pengajar, Merry cukup informatif. Sementara Raffles memerhatikan lebih anak didiknya, khususnya keselamatan mereka karena belajar dengan benda berbahaya. Sedangkan saya, lebih banyak diam dan memerhatikan anak didik agar bagaimana mereka tetap fokus dan tertarik pada pembelajaran ini.
Berikut hasil observasi yang telah kami lakukan berdasarkan rekam gambar proses pengajaran :
Dari sisi peserta didik:
Agnesia
-          Tertawa ; menggigit kuku
-          Membantu menyusun pisang ke papan pemotongan
-          Menjilat tangannya setelah memotong pisang
-  Menjawab ‘nggak mau’ ketika diminta pengajar memotong pisang, tetapi setelahnya memotong pisang juga
-          Menjawab ‘nggak mau’ ketika diminta pengajar memarut keju, tetapi setelahnya memarut juga
-          Mencolek tetesan susu di dinding kaleng susu lalu menjilatnya
-  Memarut keju dengan satu tangan saja, tangan kanan. Gagang parutan dipegang oleh pengajar (Merry) karena Agnes tidak bersedia memegangnya
-          Makan dengan tangan kanan
-          Melambaikan tangan dengan tangan kiri
 
Cantika
-                      Memainkan piring pada saat pengajar melakukan perkenalan
-                      Memakan pisang pertama yang dikupas
-                      Membantu Raffles mengupas pisang berikutnya, lalu mencuci tangan
-                      Tertawa ketika Agnes memotong pisang
-                      Mengangkat tangan ketika ditanya kesediaan memotong pisang terakhir
-                      Memasukkan jari ke hidung (mengupil)
-                     Menggaruk-garuk kepala, menopang dagu ketika pengajar melakukan
       penutupan proses pembelajaran
-                      Melambaikan tangan dengan tangan kanan

Kevin
           -               Menutup mulut, mengangkat satu kaki ke atas kursi, menggaruk leher bagian
           belakang saat pengajar melakukan perkenalan
           -               Menggigit kuku, bertopang dagu, mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya
           -               Melipat tangan daan menempelkan dagunya di meja
           -               Menolak ketika diminta untuk memotong pisang
           -               Memarut keju dengan tangan kiri memegang keju dan tangan kanan
           memegang gagang parutan (terbalik)
           -                 Melakukan steepling hand
           -                 Melambaikan tangan dengan tangan kiri
 
Dari sisi pengajar:
Haifa
           -                      Melakukan perkenalan bersama Raffles
           -                      Meminta anak memperkenalkan diri
           -                      Memegang sandaran kursi yang ada di depannya
           -                      Membenarkan jilbab, garuk-garuk
      -                      Tangan kanan banyak bergerak saat berbicara
           -                    Membersihkan sampah kulit pisang, menyisihkan sisa pisang
             yang tidak terpakai
           -                   Diam, mengawasi peserta didik. Menginstruksikan ketika Cantika
             salah memotong pisang
          -                      Memanggil Kevin saat Kevin berdiri agak jauh dari kelompok
          -                      Mengaduk potongan pisang yang sudah ditaburi keju
          -                      Meminta anak didik melambaikan tangan
 
Merry
           -                      Merekam dengan kamera saat Haifa dan Raffles melakukan perkenalan
           -                      Membenarkan kacamata
           -                      Melakukan pointing
           -                      Memperbaiki potongan pisang
           -                      Menyalakan api kompor
           -                      Memberikan contoh parutan keju
           -                      Memegangkan parutan untuk Agnesia
           -                      Membenarkan cara Kevin memarut keju
           -                      Menuangkan susu kental manis cokelat ke atas potongan pisang
           -                      Melambaikan tangan ke arah kamera
Raffles
           -                      Melakukan perkenalan bersama Haifa
           -                      Bertumpu pada sandaran kursi
           -                      Mengupas kulit pisang
           -                      Mengutip pisang yang jatuh
           -                      Memerintahkan anak didik membuang sampah di tempatnya
           -                      Mengoleskan margarine di wajan, mengaduk dengan sudip,
              memindahkan pisang yang sudah masak ke piring
           -                      Menasihati adik-adik agar berhati-hati dengan pisau
           -                      Tidak melambaikan tangan

3.2       EVALUASI
Berdasarkan teori prinsip paedagogis yang dikemukakan oleh Addine “Prinsip hubungan sekolah dan kehidupan”, pengajaran yang telah kami lakukan sudah sesuai. Mengajarkan anak-anak untuk memasak makanan kecil yang dapat mereka nikmati ketika waktu senggang. Dengan pengajaran ini, kami berharap anak-anak dapat membuat makanan kesukaannya sendiri, tidak hanya dapat menikmati hasil jadinya saja.
Berdasarkan teori criteria guru yang baik, pengajaran kami sepertinya belum cukup memenuhi criteria yang ada. Masih terdapat banyak kekurangan dari kami sebagai pengajar, seperti masalah kesabaran dan ketulusan, serta beberapa hal lainnya.

3.3       TESTIMONI
        ·                     Haifa Chairunnisa (11-050)
Saya sangat tertarik dengan tugas ini, karena berhubungan langsung dengan anak-anak. Tetapi pada pelaksanaan saya kesulitan!!! Ternyata mengajar anak-anak itu sulit sekali, tetapi cukup menyenangkan juga. Baru tiga orang padahal, belum sekelas. Sulit membangkitkan minat mereka untuk berpartisipasi, sulit untuk bersabar menghadapi tingkah anak-anak yang sering menjahili kami. Tetapi dari pengajaran ini, saya banyak belajar untuk menghadapi anak-anak yang berbeda-beda. Saya juga jadi merasa bersalah terlalu banyak men-judge guru-guru saya dulu sebagai guru yang tidak baik, karena ternyata untuk menjadi guru itu sulit sekali. Padahal lagi, kami hanya mengajarkan hal-hal yang menurut saya tidak terlalu sulit dan sangat dekat dengan kehidupan. Selain itu, saya juga belajar lebih peka terhadap bahasa nonverbal yang ditunjukkan anak-anak, dan mulai membedakan data observasi dengan penilaian.

        ·                     Merry C. Sitorus (11-054)
Pada awalnya, kelompok kami agak ragu dengan pengajaran yang kami rencanakan, karena kelompok lainnya berkonsep yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Namun setelah dievaluasi oleh Bu Dina, bahwa yang utama ialah mengapa memberikan pengajaran tersebut dan guna pengajaran tersebut bagi anak didik, akhirnya kami yakin untuk memilih topic ini. Saya pribadi sangat tertarik dengan tugas ini, karena tugas ini mendukung kita untuk terlibat dengan anak-anak dan memahami karakter anak. Tugas ini juga merangsang kemampuan observasi saya untuk lebih tajam lagi dalam mengamati perilaku. Tugas ini juga membantu kami mengoreksi kekurangan kami dalam peran pengajar, sehingga kedepannya akan mampu meningkatkan kemampuan kami lebih lagi.

        ·                     Raffles Pardede (11-18)
Menurut saya, pengajaran yang kelompok kami lakukan membuat saya sadar
kalau untuk sebelum membuat suatu metode pengajaran, pengajar harus
memahami apa yang diinginkan peserta didik. Saya melihat peserta didik
sangat antusias membuat pisang baker keju karena mereka menyukai
makanan tersebut. Dengan memanfaatkan hal tersebut, seorang pengajar
bisa memasukkan ilmu pengetahuan tanpa membuat anak didiknya bosan.