Monday, February 25, 2013

Tugas 25 Januari 2013

TUGAS 1
    Sebenarnya, apa sih definisi dari paedagogi? Berikut adalah hasil Googling saya yang kemudian saya uraikan sesuai dengan teori yang terdapat di buku Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi oleh Prof. Dr. Sudarwan Danim.

    Secara etimologi, paedagogi berasal dari kata dalam bahasa Yunani, yaitu “paedos” yang berarti anak laki-laki dan “agogos” yang berarti mengantar; membimbing. Sehingga secara harfiah, paedagogi berarti pembantu anak laki-laki pada jaman Yunani kuno yang bertugas mengantarkan anak majikannya ke sekolah. Lalu oleh Prof. Dr. J. Hoogveld, seorang ahli berkebangsaan Belanda, dirumuskan sebuah definisi:

Paedagogi adalah ilmu yang mempelajari cara membimbing anak ke arah tujuan tertentu agar kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya.

Dari pengertian di atas, pembahasan paedagogi terbatas pada anak. Jadi, proses pendidikan dalam paedagogi berlangsung sejak anak lahir sampai anak menginjak masa dewasa, yang dijelaskan sebagai masa dimana anak sudah dapat hidup mandiri.( Sumber Web )

Paedagogi adalah ilmu
    Definisi oleh Hoogveld di atas menyebutkan bahwa paedagogi adalah suatu ilmu membimbing anak. Tentu saja dalam menjalankan tugas sebagai pendidik; pengajar; pembimbing, seseorang harus memiliki seperangkat ilmu tentang bagaimana cara mendidik yang seharusnya. Karena tanpa berbasis ilmu, proses pembelajaran yang terjadi hanya bersifat kebetulan. Dengan adanya ilmu, memungkinkan seorang pendidik untuk secara sistematis memilih bahan, mengatur bentuk interaksi yang sesuai antara pendidik dan peserta didik, dan lainnya.

Paedagogi adalah seni
    Paedagogi sebagai salah satu ilmu mengajar, menurut saya, memerlukan seni dalam prosesnya. Kegiatan pengajar sebagai seni berpendapat bahwa mengajar sebenarnya melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi. Saya sangat setuju sekali dengan pendapat tersebut. Bayangkan saja, mengajar anak-anak dengan hanya berpatokan pada aktivitas ilmiah yang formal. Tanpa adanya improvisasi gaya mengajar dan kreativitas pendidik, mungkin akan terjadi kesulitan-kesulitan penyerapan dan pemahaman informasi oleh anak-anak. Apalagi sesuai dengan definisi di atas, proses mengajar dilakukan sejak anak lahir hingga dewasa, dalam artian sudah cukup mandiri untuk menyelesaikan tugas hidupnya. Mengajar dengan model yang begitu-begitu saja pada orang dewasa seringkali menimbulkan kebosanan yang berdampak pada proses pemahaman informasi, apalagi pada anak-anak dan dalam jangka waktu yang panjang seperti yang didefiniskan. Harus lebih ekstra kreatif dan lebih berimprovisasi lagi.



TUGAS 2
    Semua guru harus menjadi guru yang baik. Kriteria baik dan buruk diketahui dari tampilannya di kelas dan di luar kelas. Prof. Dr. Sudarwan Danim mengutip dari situs http://www.ripplesofimprovement.com  dimana diungkapkan Top 10 kualitas guru terbaik, yaitu:
-           Confidence
-          Patience
-          True compassion for their students
-          Understanding
-          The ability to look at life in a different way and to explain a topic in a 
       different way
-          Dedication to excellence
-          Unwavering support
-          Willingness to help student achieve
-          Pride in student’s accomplishments
-          Passion for life

    Nah, berdasarkan top 10 kriteria guru terbaik yang telah disebutkan di atas, berikut ini, saya akan mencoba melakukan analisa dengan membandingkan kriteria guru yang baik dan cerdas yang disebutkan dalam buku Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi dengan sosok guru yang pernah mengajar saya di SMA, sebut saja Bunda. Beliau adalah guru favorit saya. Hal ini untuk menilai seberapa tepat saya mengkategorikan bunda sebagai guru favorit sekaligus guru terbaik. Let’s check it out, Reds!


KRITERIA
GURU A
Confidence (Percaya diri)

Bunda memiliki kepercayaan diri yang baik, sekalipun terkadang ia merasa mengalami kemunduran di saat melihat hasil belajar kami yang menurun. Penurunan tsb dinilainya tidak hanya sebagai kesalahan kami, tetapi juga kekurangannya. Sehingga perbaikan yang harus dilakukan membuatnya jauh lebih percaya diri.
Patience (Kesabaran)

Bunda adalah guru yang sangat sabar. Terbukti dengan hasil akhir kelas kami yang terbaik. Padahal kelas kami termasuk kelas yang paling membuat guru-guru lain menyerah. Tapi Bunda dengan sabarnya menjelaskan dan menasihati kami kembali hingga kami menjadi lebih baik, walaupun terkadang menyerah juga.
True compassion for their students
(Cinta yang tulus untuk siswanya)

Tentu saja, Bunda sangat tulus kepada kami. Disaat guru lain menjelek-jelekkan kelas kami karena kenakalan yang super, Bunda tetap berada di pihak kami dan membela kami. Kata Bunda, beliau membela kami bukan karena kami anak asuhnya, tetapi karena dibalik kenakalan kami tersimpan kemampuan yang besar.
Understanding
(Memahami)
Bunda sangat memahami kami. Bunda memiliki cara sendiri untuk menyesuaikan diri, mengajar, bahkan menghukum kami. Bunda memposisikan kami tidak hanya sebagai siswa, tetapi manusiayang sudah dewasa.
The ability to look at life in
a different way and
 to explain a topic in
a different way
(Kemampuan melihat siswa
dengan cara yang berbeda)
Bunda sering mengelompokkan kami sesuai dengan cara belajar kami. Dengan ini kami lebih mudah mengerti, walaupun kelas menjadi lebih ribut karena bentuk kelompok yang ada.
Dedication to excellence
(Dedikasi untuk keunggulan)
Seperti penjelasan sebelumnya, Bunda sangat mengutamakan pemahaman kami, tidak sekedar nilai yang tinggi saja. Walaupun konsekuensinya ada.
Unwavering support
(Dukungan tiada henti)
Saya sendiri pernah mengalami langsung disaat Bunda benar-benar memberikan dukungan disaat saya sedang ‘down’. Bunda tidak lagi menjadi guru bagi saya, tetapi juga seperti ibu saya sendiri.
Willingness to
help student achieve
(Kesediaan membantu siswa mencapai prestasi)
Pada saat saya akan mengikuti olimpiade tingkat nasional, Bunda rela meluangkan waktunya hingga malam untuk membantu saya belajar
Pride in student’s accomplishments
(Bangga atas prestasi siswa)
Kalau salah satu dari kami berprestasi, Bunda selalu bilang “Siapadulu Ibunya!” mungkin bagi yang tidak merasakan diajar Bunda akan terkesan sombong. Tapi kalimat itu memang pantas diucapkan Bunda atas pertolongannya selama ini.
Passion for Life
(Gairah Hidup)
Bunda selalu bersemangat tentang keluarganya. Ia juga sangat bersemangat untuk mendapat pendidikan lebih lanjut. Banyak hal yang menjadi semangat hidupnya menjadi inspirasi bagi saya.

Waah, panjang sekali ya.. Saya jadi nostalgia dengan kenangan SMA. Tapi memang sih, Bunda memang patut untuk dikenang sepanjang ini, bahkan lebih. Sejauh ini, bagaimana, Reds? Bunda sudah memenuhi kriteria guru baik, kan? :)



Halo Again!


Halo, Reds!
    Ini postingan pertama saya di tahun ajaran 2012 – 2013, tepatnya saya sekarang sedang menjalani semester 4. Nggak terasa J.  Nah, kalau postingan-postingan sebelumnya termasuk dalam mata kuliah Psikologi Pendidikan, postingan ini dan ke depannya akan berhubungan dengan mata kuliah Paedagogi, sebuah mata kuliah pilihan yang ditawarkan di semester 4 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

    Sebelumnya, kenapa saya memilih mata kuliah Paedagogi dibanding dengan mata kuliah pilihan lainnya? Alasan pertamanya adalah saya suka anak-anak. Saya rasa mata kuliah ini cukup aplikatif. Paedagogi itu, kan, bukan hanya mengajar formal anak-anak di sekolah, tetapi saya melihatnya sebagai konsep yang universal: Paedagogi itu seni mendidik. Saya punya sepupu-sepupu yang masih kecil yang masih sangat butuh didikan dan bimbingan dari orang dewasa. Selain itu, toh, nanti saya akan punya anak yang butuh didikan dan bimbingan saya. Jadi, semakin nggak sia-sia memilih paedagogi sebagai salah satu mata kuliah pilihan. Hehe, lucu ya kalau berpikirnya kejauhan sampai mikirin pendidikan anak, tapi tentu kita mengambil pilihan yang berguna untuk masa depan, kan?

    Okay, Reds. Semoga postingan-postingan saya bukan hanya sekedar tugas, tetapi juga bisa menjadi pencerahan dari seni mendidik bagi kita semua J