1. Ada beberapa hal yang kelompok
kami rencanakan mengenai proses
pembelajaran oleh kelompok 6, yaitu:
-
Topik pembelajaran berkaitan
dengan daftar pustaka : Prinsip Paedagogi ‘Hubungan
Sekolah dan Kehidupan’ dan Top 10
Kriteria Guru yang Baik
-
Materi pembelajaran :
mengajarkan anak-anak untuk memasak pisang tabur keju dan susu cokelat
-
Jumlah peserta pembelajaran : 4
– 5 orang anak SD, yaitu dua orang adik Raffles beserta tiga orang temannya
-
Waktu pelaksanaan : Kamis, 4
April 2013, pukul 16.00
-
Tempat pelaksanaan : Rumah
Raffles
-
Proses : kelompok akan
melakukan proses pembelajaran dengan langkah memberikan informasi mengenai cara
kerja lebih dulu, lalu memberikan contoh kepada anak, dan terakhir meminta anak
mempraktikkan apa yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh kelompok sebagai
pengajar
Jika dibahas berdasarkan
topik Paedagogi Praktis Abad ke-21...
Paedagogi
praktis adalah tinjauan paedagogi dilihat dari kegiatan sebagai pengajar di
lapangan, atau dengan kata lain, paedagogi praktis merupakan bentuk aplikasi
dari paedagogi teoritis. Mengaplikasikan ilmu paedagogi di lapangan tentunya
harus didasari ilmu paedagogi yang terlebih dulu.
Kelompok kami mencoba melakukan pengajaran dengan berdasar pada salah satu teori paedagogi, yaitu prinsip hubungan sekolah & kehidupan dan kriteria guru yang baik.
Prinsip
hubungan sekolah dan kehidupan mengarahkan pengajar untuk menjadikan
pembelajaran yang didapat anak didik selalu berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari sehingga ilmu pengetahuan yang didapatkannya dapat diaplikasikan
dan berguna bagi kehidupannya. Berdasar teori tersebut, kelompok kami berusaha
memilih materi pelajaran yang berguna dan dapat langsung diaplikasikan anak
didik ke kehidupan sehari-hari. Materi belajar memasak dianggap cukup dekat
dengan kehidupan anak didik, apalagi makanan pisang tabur keju dan susu cokelat
merupakan salah satu makanan yang disukai anak didik. Sehingga alangkah baiknya
jika kami mengajarkan anak didik untuk dapat membuat sesuatu yang disukainya.
Belajar memasak sangat dekat aplikasinya ke kehidupan anak |
Sedangkan kriteria guru yang baik menjadi dasar teori berperilaku dan bersikap bagi kami sebagai pengajar. Dalam proses mengajar, kami mencoba mengaplikasikan teori kriteria guru yang baik kepada anak didik. Dari pengalaman mengajar kali ini, saya pribadi merasa kesulitan jika harus mengaplikasikan teori tersebut secara penuh karena banyak yang bertabrakan dengan karakter anak didik. Namun dengan adanya praktik mengajar ini, saya menjadi lebih tahu, kriteria mana yang harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan anak didik. Sehingga secara tidak langsung, saya melakukan fungsi penelitian paedagogi kedua yang memungkinkan saya sebagai pengajar memahami, menjelaskan, membenarkan, atau memodifikasi paedagogi yang kemudian melahirkan paedagogi praktis.
Be the number one teacher! |
2. Data hasil observasi dari
proses pembelajaran oleh kelompok 6 :
Dari sisi peserta didik:
Agnesia
-
Tertawa ; menggigit kuku
-
Membantu
menyusun pisang ke papan pemotongan
-
Menjilat tangannya setelah
memotong pisang
-
Menjawab ‘nggak mau’ ketika
diminta pengajar memotong pisang, tetapi setelahnya memotong pisang juga
-
Menjawab ‘nggak mau’ ketika
diminta pengajar memarut keju, tetapi setelahnya memarut juga
-
Mencolek
tetesan susu di dinding kaleng susu lalu menjilatnya
-
Memarut
keju dengan satu tangan saja, tangan kanan. Gagang parutan dipegang oleh
pengajar (Merry) karena Agnes tidak bersedia memegangnya
-
Makan dengan tangan kanan
-
Melambaikan tangan dengan
tangan kiri
Cantika
- Memainkan piring pada saat
pengajar melakukan perkenalan
- Memakan pisang pertama yang
dikupas
- Membantu Raffles mengupas
pisang berikutnya, lalu mencuci tangan
- Tertawa ketika Agnes memotong
pisang
- Mengangkat tangan ketika
ditanya kesediaan memotong pisang terakhir
- Memasukkan jari ke hidung (mengupil)
- Menggaruk-garuk kepala,
menopang dagu ketika pengajar
melakukan penutupan proses pembelajaran
- Melambaikan tangan dengan
tangan kanan
Kevin
- Menutup mulut, mengangkat satu
kaki ke atas kursi, menggaruk leher bagian
belakang saat pengajar melakukan
perkenalan
- Menggigit kuku, bertopang dagu,
mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jarinya
- Melipat
tangan daan menempelkan dagunya di meja
- Menolak ketika diminta untuk
memotong pisang
- Memarut keju dengan tangan kiri
memegang keju dan tangan kanan memegang
gagang parutan (terbalik)
- Melakukan steepling hand
- Melambaikan tangan dengan
tangan kiri
Dari sisi pengajar:
- Melakukan perkenalan bersama
Raffles
- Meminta anak memperkenalkan
diri
- Memegang sandaran kursi yang
ada di depannya
- Membenarkan jilbab, garuk-garuk
- Tangan kanan banyak bergerak
saat berbicara
- Membersihkan sampah kulit
pisang, menyisihkan sisa pisang yang tidak terpakai
- Diam, mengawasi peserta didik.
Menginstruksikan ketika Cantika salah
memotong pisang
- Memanggil Kevin saat Kevin
berdiri agak jauh dari kelompok
- Mengaduk potongan pisang yang
sudah ditaburi keju
- Meminta anak didik melambaikan
tangan
Merry
- Merekam dengan kamera saat Haifa dan Raffles
melakukan perkenalan
- Membenarkan kacamata
- Melakukan pointing
- Memperbaiki potongan pisang
- Menyalakan api kompor
- Memberikan contoh parutan keju
- Memegangkan parutan untuk
Agnesia
- Membenarkan cara Kevin memarut
keju
- Menuangkan
susu kental manis cokelat ke atas potongan pisang
- Melambaikan tangan ke arah
kamera
Raffles
- Melakukan perkenalan bersama Haifa
- Bertumpu pada sandaran kursi
- Mengupas kulit pisang
- Mengutip pisang yang jatuh
- Memerintahkan anak didik
membuang sampah di tempatnya
- Mengoleskan margarine di wajan,
mengaduk dengan sudip, memindahkan
pisang yang sudah masak ke piring
- Menasihati adik-adik agar
berhati-hati dengan pisau
- Tidak melambaikan tangan
Evaluasi : Secara
keseluruhan, pemahaman anak terhadap proses pembelajaran ini cukup baik, namun
minat belajarnya kurang. Di beberapa bagian pembelajaran mereka tampak menyukai
dan memahami, seperti ketika memotong pisang. Agnesia sebenarnya sudah
berpartisipasi aktif, namun masih malu-malu. Sementara Cantika sangat berpartisipasi
aktif, namun terkadang jahil kepada kami para pengajar. Sedangkan Kevin, sejak
awal pembelajaran, beberapa bahasa nonverbal yang diberikan menunjukkan
ketidakminatan pada proses pembelajaran ini.
Dari sisi pengajar, Merry cukup informatif. Sementara
Raffles memerhatikan lebih anak didiknya, khususnya keselamatan mereka karena
belajar dengan benda berbahaya. Sedangkan saya, lebih banyak diam dan
memerhatikan anak didik agar bagaimana mereka tetap fokus dan tertarik pada
pembelajaran ini.
Jika
dievaluasi berdasarkan topik Paedagogi, TIK, dan Fenomena Kontemporer ...
Sebagai pengajar, kami telah berhasil menjawab beberapa
pertanyaan esensial, seperti: penilaian
kebutuhan materi ; strategi.
Namun masih belum berhasil menjawab pertanyaan esensial
lainnya, seperti: budaya kelas ;
pemecahan masalah.
Dari segi pembahasan paedagogi efektif, sebagai pengajar,
kami sudah berusaha untuk :
-
Menciptakan lingkungan yang
menunjang pembelajaran
-
Meningkatkan relevansi
pembelajaran baru
-
Menyambungkan pembelajaran
dengan pengalaman sebelumnya
-
Memberikan kesempatan untuk
belajar
Sementara itu, kelompok kami juga dibantu oleh teknologi, seperti kamera
untuk merekam proses pembelajaran dan notebook untuk menonton ulang
proses pembelajaran sekaligus melakukan observasi. Keberadaan
teknologi sangat membantu dan mempermudah kami karena kami tidak
perlu membagi perhatian pada saat mengajar untuk mengobservasi.
3. Berdasarkan prinsip paedagogi
yang dikemukakan Addine, maka pembelajaran
pada perkuliahan Paedagogi di F. Psikologi
USU semester genap T.A. 2012/2013:
v Kesatuan
karakter ilmiah dan ideologis dari proses paedagogis
Setiap proses paedagogis harus
terstruktur berdasarkan temuan paling maju di bidang sains kontemporer dan
dalam korespondensi total dengan ideologi. – Proses pembelajaran di kelas
Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, sudah
terstruktur karena teratur mengikuti kontrak yang telah ditetapkan sejak awal.
Proses pembelajaran juga memanfaatkan temuan paling maju di bidang sains
kontemporer, seperti penggunaan facebook
untuk media komunikasi dosen dengan mahasiswa, juga mahasiswa dengan mahasiswa
lainnya; penggunaan blog untuk media tugas yang membuat proses pembelajaran paperless. Namun proses pembelajaran
juga tidak terlepas dari konsep paedagogi.
v Prinsip
hubungan sekolah dan kehidupan
Proses pembelajaran di kelas
Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya, sudah
menerapkan prinsip ini. Hal ini terlihat dari tugas prakteknya, dimana ilmu yang
dipelajari di kelas tidak hanya sebagai teori tetapi juga bisa diaplikasikan.
v Mengombinasikan karakter kolektif dan individual
pendidikan, serta
penghormatan terhadap kepribadian siswa
Proses
pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013,
menurut saya, juga telah memenuhi prinsip ini. Dosen sangat menghargai kerja
anak didik secara individu, seperti memberikan feedback satu-satu di blog anak didik. Mungkin di mata kuliah lain,
dosen tidak akan melihat satu-satu kerja mahasiswanya, disamaratakan begitu
saja.
v
Kesatuan pengajaran, pendidikan, dan perkembangan proses
Ketika
seseorang menempuh pendidikan, dia harus menjalani proses pembelajaran yang
baik untuk mencapai keterdidikan. – Pada saat menempuh pendidikan di kelas Paedagogi
F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, saya merasa menjalani proses
pembelajaran yang baik. Dosen tidak hanya mentransformasikan ilmu, tetapi juga
melakukan strategi-strategi agar bagaimana mahasiswa memahami betul apa yang
dipelajarinya serta keterkaitannya dengan kehidupan.
v
Domain
kognitif dan afektif tidak kering
Dalam proses paedagogis,
kognitif dan afektif tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan. – Sama
seperti prinsip sebelumnya, pembelajaran di kelas Paedagogi F. Psikologi USU
semester genap T.A. 2012/2013, tidak hanya memenuhi unsur kognitif
mahasiswanya. Tetapi juga unsur afektif, dimana mahasiswa dituntut memahami dan
menghayati apa yang dipelajarinya. Dalam mengajar juga, dosen tidak hanya
menggunakan strategi kognitif tetapi juga melibatkan aspek afeksi untuk
memperlancar proses pembelajaran
v Masing-masing
subsistem aktivitas, komunikasi, dan kepribadian saling terkait
Pada proses pembelajaran di
kelas Paedagogi F. Psikologi USU semester genap T.A. 2012/2013, menurut saya,
ketiga aspek itu sudah saling terkait. Terlihat ketika diminta maju ke depan
pada 8 April 2013 lalu. Dengan melakukan aktivitas tertentu (menulis di papan
tulis) dan mengomunikasikan apa yang dilakukan serta diberi feedback, terbentuk kepribadian mahasiswa
untuk berani mencoba dan senantiasa memiliki keinginan untuk belajar.
No comments:
Post a Comment