Saturday, May 12, 2012

Ini Ceritaku, Apa Ceritamu?


Kalau ditanya tentang pengalaman kelas Psikologi Pendidikan 11 Mei 2012, jawabannya adalah ‘wow’. How couldn’t I say wow, ibu Dina, dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan sekaligus Pembantu Dekan III Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, memberikan feedback yang membuat saya, Ratri, dan Ami sumringah tak terkira membacanya. FANTASTIS!

Begini nih awal ceritanya. Pada hari itu, kami diminta untuk mendiskusikan topic Blended Learning. Kami bertatap muka dengan dosen (face to face), tetapi kami juga mendiskusikannya bersama kelompok secara online. Malam sebelumnya kami diminta untuk berlatih, tetapi disaat waktu yang telah kelompok sepakati, ternyata Ami dan Ratri ketiduran. Saya masih berusaha mencoba conference dengan teman lain, namun jaringan yang tidak mendukung mengurungkan niat saya untuk melanjutkan latihan. Sebenarnya saya sudah cukup mengerti dengan mengirim verbatim seperti yang diperintahkan dari penjelasan senior, tapi saya belum pernah mempraktikkannya langsung.
Ternyata, pada saat kelas berlangsung, Alhamdulillah, notebook kelompok kami tidak bermasalah dengan jaringan. Bermasalah sih, notebook saya pula, tapi untungnya tidak menghambat diskusi kami.
Awalnya saya iseng memulai diskusi dengan bahasa Inggris, ternyata Ami dan Ratri setuju dengan konsep itu, ya sudah, why not? Terkadang, kami juga melakukan percakapan menggunakan bahasa inggris sih, tapi karena disorotin dengan pandangan,”Ih, sok Inggris lu!”, ya nggak kami lanjutkan. Makanya, ketika diskusi ini berlangsung dengan bahasa inggris, saya khususnya sangat excited karena saya memang sangat ingin memoles lebih lanjut bahasa inggris saya. Bukan kami nggak mengalami kendala, grammar, pemilihan vocabulary, pun masih salah, tapi percaya diri aja, hihi.
Yang di awal mengira bahwa sistem blended-learning ini susah, ribet, ternyata nggak loooh J. Mudah ternyata, dan nggak ada pending kayak bbm, eh tergantung jaringan WiFi juga. Tapi intinya, nggak seribet yang saya bayangkan. Justru mungkin lebih efektif ya, karena apa yang kita diskusikan sudah terekam di history chat. jadi apapun yang sedang ada di pikiran kita, baiknya langsung didiskusikan, kalaupun lupa di ujungnya, kan ada rekamannya…

Terkait dengan pendapat saya mengenai sistem blende-learning, ini sih hanya pendapat saya ya. Sistem ini tentunya ada positif dan negatifnya, dan hal ini telah disepakati dan disetujui oleh Ratri dan Ami.
Negatif dulu deh. Rasanya, kalau masih bisa ketemu, kenapa harus online sih? Kalau model orangnya seperti saya yang susah focus kalau sedang online, bagaimana? Kan rasanya jadi sia-sia. Nah, disaat kita sudah terlalu focus, kita jadi hanya mengandalkan media online saja, tidak lagi membaca buku, dll.
Tapi tentu ada dong positifnya. Sistem ini sangat berguna kalau dosen berhalangan hadir, waktu mahasiswa tidak terbuang dan tetap dapat ilmu yang memang seharusnya didapat. Selain itu, anak berkebutuhan khusus yang mungkin malu dengan keadaan mereka sehingga mereka enggan untuk menghadiri kelas normal, akan sangat terbantu dengan sistem ini. Mereka dapat mengeluarkan ide-ide mereka selama proses belajar tanpa harus merasa malu.

Sayangnya saja ya, sistem ini belum terlalu terkenal……

No comments:

Post a Comment