Thursday, March 15, 2012

Psikologi Pendidikan dan Media Belajar

Setiap orang, dalam hal ini siswa, memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan apa yang ada di sekitarnya. Kalau ia merasa hal itu menyenangkan dan memberikan keuntungan untuknya, sudah pasti ia akan merespon hal itu lebih baik dari hal lainnya. Begitu pula dengan media belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran pada masa kini. Beragamnya media yang ada tentunya diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan menjadikannya menyenangkan agar siswa merespon dengan baik.

Hal ini mengingatkan saya dengan adik sepupu saya, Hilmy (5th) yang masih TK. Pernah sekali saya mengantarnya ke sekolah. Pada saat pamit pulang, Hilmy menahan saya,"Kak, jangan pulang dulu. Ikut hilmy youtube-ing aja,". Ha? Youtube-ing? Canggih benar anak TK zaman sekarang. Percaya nggak percaya, saya pun tidak jadi pulang. Ternyata benar! Setelah melakukan ritual-ritual sebelum masuk kelas, kemudian mereka duduk rapi menghadap dinding yang dijadikan layar proyektor. Tidak lama, guru pun membuka situs youtube dari laptopnya dan memutar video-video tentang pesawat. Ckckck, saya malah keenakan nonton hehe. Setelah pulang -dia pulang ke rumah saya-, dia minta tolong saya untuk menghidupkan komputer. Memang sih, sebelumnya saya sudah sering mengajarkan dia untuk mengakses internet sendiri jadi tidak perlu bawel minta tolong dicariin sesuatu yang dia inginkan. Duluuuu, saya mengajarkan dia buat cari foto di Google. Eh tidak disangka, sekarang bukan foto lagi, tapi video.

Media internet youtube, melalui video-video yang ada, sangat membantu pemahaman anak terhadap hal-hal yang baru. Dari kasus seperti itu saja, kita sudah bisa melihat canggihnya media belajar zaman sekarang. Pada dasarnya, anak kecil belajar melalui benda-benda konkret, secara mereka belum bisa berpikir abstrak. Bayangkan saja, bagaimana bisa mereka memikirkan pesawat, mobil, kapal selam, dll, jika mereka tidak melihat langsung.
Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi, akan menimbulkan motivasi tersendiri bagi siswa dan memungkinkan terciptanya interaksi siswa dengan pengajar sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Seorang guru harus mempunyai strategi dalam pengajaran. Bukan hanya untuk mencapai tujuan pembelajaran atau menumbuhkan minat belajar siswa, tetapi seorang guru yang kompeten, cerdas, dan profesional, harus memiliki cara khusus di dalam kelas. Dengan itu, kehadirannya akan selalu dinantikan oleh siswa. Kalau siswa sudah rindu dengan gurunya, seberat apapun materi yang diajarkan diyakini akan diminati dan dianggap mudah. Dalam kasus ini, guru di sekolah adik sepupu saya sangat cerdik sekali menggunakan media youtube. Mungkin saja sudah tidak zamannya lagi menggunakan pesawat-pesawatan atau mobil-mobilan untuk mengenalkan pesawat. Secara, mainan anak kecil sekarang sudah lebih canggih.

Seperti kita ketahui, siswa dewasa ini tumbuh di dunia yang jauh berbeda dengan di masa ketika orang tuanya, bahkan abang kakaknya (seperti saya dengan adik sepupu saya) menjadi siswa. Jika pengajar masa kini masih saja menggunakan pola belajar sama seperti di masanya dulu belajar, tentu tidak akan efektif. Tidak akan ada pola pikir, pola belajar, ataupun pola-pola baru lainnya yang membuat anak lebih maju.
International Society for Technology in Education (2000) bekerja sama dengan US Department of Education, telah mengembangkan standar untuk siswa guna mencapai level/grade yang berbeda. Dalam hal ini, adik sepupu saya yang masih belajar tingkat TK, sesuai dengan Standard Siswa "Melek Teknologi" ternyata sudah memiliki standard sendiri, yaitu :

Pra-Taman Kanak-Kanak sampai Grade 2

  • Gunakan alat input (seperti mouse, keyboard, atau remote control) dan alat output (seperti monitor dan printer) untuk mengoperasikan komputer
  • Gunakan variasi media dan teknologi untuk mengarahkan aktivitas pembelajaran
  • Gunakan sumber daya multimedia yang pas, seperti buku interaktif, software pendidikan, dan ensiklopedia multimedia dasar untuk mendukung pembelajaran
  • Kerja sama dengan teman, anggota keluarga, dan orang lain saat menggunakan teknologi
  • Tunjukkan perilaku etis dan sosial positif saat menggunakan teknologi
Menurut saya, berdasarkan standard yang disebut di atas, Hilmy sudah mencapai standard tersebut. Dia sudah bisa menggunakan mouse dan keyboard sebagai alat input dengan sangat baik. Media ini juga membantu keluarga memiliki interaksi yang lebih unik, seperti saya yang sering menemaninya browsing, kami bisa menjadi sangat akrab walaupun kami bukan saudara kandung. Hilmy juga mengerti situs mana yang boleh dibukanya, biasanya, dia menanyakan dahulu apakah hasil searching yang diketiknya di kolom searching Google boleh dibuka atau tidak. Jadi, dia tidak sendiri, melainkan tetap diawasi.

Diharapkan dengan standard-standard yang sudah ada, orang tua, guru, bahkan siswa sendiri, bisa melihat sebatas mana kemampuan anak, anak didik, dan dirinya sendiri mampu mengoperasikan teknologi canggih yang ada sebagai media belajar.

Semoga kasus adik sepupu saya yang sangat canggih itu bisa membantu kita semua dalam melihat standard "melek teknologi" diri kita sendiri dan mampu mengaplikasikannya jika memang kita masih berada satu tahap di belakang serta mampu membantu orang-orang di sekitar kita untuk berada di tahap yang lebih baik dalam menjadikan teknologi masa kini sebagai media belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John. W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

No comments:

Post a Comment