Ya ampun! Saya kira entri ini sudah diposting minggu lalu. Ternyata hanya tersimpan di draft :( Saya post minggu ini deh :D
Benar nggak sih kalimat "Kalau sudah nggak suka dengan gurunya, pelajarannya pasti nggak masuk"? Menurut saya dan beberapa teman-teman SMA saya, itu benar. Kenapa? Saya dan teman-teman merasakan hal tersebut pada mata pelajaran fisika dan matematika. Apa yang terjadi ketika guru tersebut memulai kelas? Murid akan berdoa semoga kelas cepat selesai, atau bahkan banyak murid yang permisi ke toilet atau UKS. Apa yang salah? Bukan pelajarannya, karena saya sendiri cukup suka dengan matematika, tetapi cara mengajarnya yang membuat murid berusaha kabur.
Benar nggak sih kalimat "Kalau sudah nggak suka dengan gurunya, pelajarannya pasti nggak masuk"? Menurut saya dan beberapa teman-teman SMA saya, itu benar. Kenapa? Saya dan teman-teman merasakan hal tersebut pada mata pelajaran fisika dan matematika. Apa yang terjadi ketika guru tersebut memulai kelas? Murid akan berdoa semoga kelas cepat selesai, atau bahkan banyak murid yang permisi ke toilet atau UKS. Apa yang salah? Bukan pelajarannya, karena saya sendiri cukup suka dengan matematika, tetapi cara mengajarnya yang membuat murid berusaha kabur.
PakB, guru fisika, nggak menyeramkan, humoris bahkan (walaupun lebih sering bercanda padahal nggak lucu). Terus apa yang salah? Beliau selalu menganggap kami semua sudah mengerti sehingga beliau menerangkan sedikit sekali selama di kelas. Pernah juga beliau menjelaskan panjang lebar, tapi tetap saja kami nggak mengerti. Ketika beliau menanyakan,"Ada yang kurang paham?", banyak sekali murid yang mengacungkan tangan berharap beliau mau turun tangan membantu kami secara langsung. Lalu apa jawabannya,"Cari sendiri ya,". Serasa baru saja melakukan hal yang sia-sia, membuat kami tidak lagi mengacungkan tangan ketika beliau menanyakan hal yang sama. Akibatnya? Nilai jelek.
BuE, guru matematika, orangnya straight sekali dalam mengajar. Beliau selalu berpihak kepada yang minoritas (minoritas adalah murid-murid yang mengerti dan nilainya bagus). Beliau hanya bertanya kepada minoritas tentang pemahaman mengenai materi yang beliau ajarkan. Jadi kalau minoritas mengerti, dia akan menganggap semua mengerti. Beliau juga selalu menjelaskan dengan sangat panjang lebar, sayangnya sepanjang lebar itupun kami tetap nggak paham. Lalu hukuman jika nilai kami jelek, dia akan memberikan tugas matematika sampai 100 soal. Membuat kami tambah malas, karena yang lalu saja belum paham sudah dijejali hukuman lagi. Yang diharapkan, kan, beliau membuat kami paham dulu satu materi lalu lanjut materi berikutnya. Lalu bagaimana setelahnya? Belum selesai 100 soal, kami sudah masuk materi baru. Konsentrasi kami pecah. Pernah kami protes karena pengajaran beliau yang ribet, membosankan, tentang hukuman, dll menyangkut caranya mengajar dengan harapan ada penyelesaian dan inovasi. Pemrotesan ini bukan bermaksud negatif, kami hanya ingin terbuka dengan beliau. Lalu apa? Beliau menangis dan keluar kelas. Lalu di kelas selanjutnya, beliau tetap mengajar dengan cara yang sama. Lalu kami melakukan protes ke kepala sekolah melalui perwakilan kelas, akhirnya beliau digantikan oleh PakD. Metode pengajaran beliau mengasyikkan menurut kami, beliau jarang menjelaskan. Beliau sering membuat kuis kecil dengan imbalan nilai tambahan. Walaupun iming-iming nilai menjadikan metode pengajaran dipandang guru lain tidak baik, namun motivasi nilai itulah yang membuat kami mau belajar dan mengerti. Kelas yang santai dan beliau yg humoris pun memudahkan kami mendapatkan kenyamanan belajar. Akibatnya, nilai ujian matematika kelas kami meningkat dengan sangat drastis tanpa dihadiri air mata dan ambekan.
Karena mengajar adalah hal yang kompleks dan karena murid itu bervariasi, maka tidak ada cara tunggal untuk mengajar efektif untuk semua hal. Guru harus menguasai beragam perspektif dan strategi. Hal ini membutuhkan pengetahuan dan keahlian profesional serta komitmen dan motivasi.
Penguasaan materi, keahlian komunikasi, dan keahlian motivasional merupakan salah satu poin penting. Guru yang efektif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Keahlian berbicara, mendengarkan murid, mengatasi hambatan belajar yang dialami muridnya, serta mampu memecahkan konflik tersebut, juga sangat dibutuhkan oleh murid masa kini yang tidak bisa lagi hanya diam mendengarkan.
Komitmen dan motivasi membantu guru yang efektif untuk melewati masa sulit dan melelahkan dalam mengajar. Guru yang efektif juga tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka. Emosi negatif juga seharusnya tidak dibawa saat mengajar sehingga menjadikan kelas semakin efektif. Adalah penting untuk menyadari masa ketika guru membuat perubahan dalam kehidupan murid. Semakin dihormati dan sukses seorang guru di mata murid, maka akan semakin bertambah komitmen dan motivasi seorang guru.
Hal-hal seperti itulah yang seharusnya kedua guru saya atau bahkan guru-guru di seluruh dunia tahu dan mengaplikasikannya dalam masanya bertugas. Semoga pengalaman serta sedikit analisa teori ini dapat menjadi pembelajaran bagi para guru ataupun calon-calon psikolog pendidikan masa depan :D
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John.W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Kencana Prenada Media Group : Jakarta
No comments:
Post a Comment