Hai, Reds! Sebenarnya
ini postingan telat banget sih. Seharusnya ini diposting 48 jam setelah kelas
tanggal 4 Maret 2013 lalu. Tapi karena pada kelas minggu lalu nggak ada topik
spesifik yang dibahas, saya jadi ikutan lupa dengan tugas posting ini.
Nggak ada topic spesifik
bukan berarti nggak ada pelajaran yang bisa diambil. Ada banget. Minggu lalu itu, kelas dipimpin
oleh Bu Lita. Karena banyak teman-teman yang baru pkrs, bahasan juga nggak
serius amat. Awalnya, Bu Lita nanyain
pendapat kita tentang ‘Apa itu Pedagogi?’. Setelah itu, Bu Lita meminta kami
menuliskan apa yang kami inginkan dan akan lakukan untuk pendidikan di
Indonesia. Apa sih yang saya tulis? Apa yang sebenarnya saya inginkan untuk
pendidikan Indonesia? Perubahan, tentunya, tapi perubahan yang gimana? Yuk,
baca.... J
Saya
menginginkan perubahan untuk pendidikan di Indonesia. Tetapi saking banyaknya
yang diinginkan, nggak satu ide pun keluar. Sempat blank beberapa menit, akhirnya terpikir juga satu ide yang cukup
sistematis dan seharusnya cukup bisa direalisasikan. Keinginan saya adalah:
Setiap calon sarjana wajib memiliki
pengalaman mengajar minimal 3 bulan di daerah terpencil atau kurang mampu
sebagai syarat kelulusan siding skripsinya
Selama
ini, kan, pengalaman yang seperti itu mungkin hanya dapat dirasakan oleh
orang-orang berjiwa sosial yang dengan sukarela membantu pendidikan anak-anak
kurang mampu. Dan sayangnya, nggak cukup banyak orang memiliki jiwa sosial yang
tinggi dan rela melakukan sesuatu tanpa dibayar. Nah,
dengan program seperti ini, banyak sekali loh keuntungannya.
1.
Setiap
calon sarjana.... ; Bayangkan saja berapa mahasiswa yang
akan lulus sebagai sarjana pada tiap tahunnya! Dengan begitu akan semakin
banyak pula pasukan yang berangkat mencerdaskan Indonesia . Dan kelanjutannya adalah
ketika semakin banyak banyak pasukannya, semakin banyak pula anak-anak kurang
mampu yang bisa dibantu. Ketika semakin banyak anak-anak yang bisa dibantu,
tentu semakin banyak anak cerdas di Indonesia
yang insya Allah bisa memajukan negara Indonesia yang... ya beginilah.
2. Memiliki
pengalaman mengajar...... ; Banyak banget yang masih
menyepelekan kata mengajar, seolah-olah itu hanya tugas seorang guru. Saya
ingin semua orang memahami kata mengajar sebagai sesuatu yang lebih luas.
Misalnya, nggak hanya mengajar orang lain tapi juga sebagai bahan ajar untuk
diri sendiri. Bagi saya sendiri, ketika mengajar orang lain dan orang itu paham
tentang apa yang saya ajarkan, kepuasannya itu beda. Dan bahkan kalau orang itu
belum mengerti, secara tidak langsung, saya dapat feedback tentang cara saya mengajar. Selain itu, menghadapi orang
dalam konteks proses belajar itu nggak mudah loh. Saya, yang hanya mengajar
adik sepupu saya mengerjakan tugasnya saja, harus benar-benar bisa mengontrol
emosi, tidak egois, dan belajar melihat sesuatu dari sudut pandang adik saya. Intinya, saya ingin teman-teman yang lain juga merasakan
dan belajar hal yang sama, ya salah satunya dengan keinginan saya itu.
3.
Di daerah terpencil atau kurang mampu....; kalau ini, jelas, tujuan saya adalah sosial. Membantu
orang yang kurang mampu. Tuhan nggak menciptakan orang mampu kalau bukan untuk
membantu orang tidak mampu. Begitupun sebaliknya, orang tidak mampu diciptakan
Tuhan untuk mengingatkan orang mampu yang berpikir bahwa kemampuannya adalah miliknya
sendiri.
Banyak ya keuntungannya. Sayangnya saya nggak punya
kesempatan untuk menjelaskan keinginan saya selengkap ini saat kelas minggu
lalu. Jadi jawaban bu Lita cuma “Ya kalau kamu jadi menteri pendidikan lah
nanti ya,”. Mungkin saya terlalu sensitive juga jadi komentar bu Lita seperti
meremehkan. Tapi saya yakin kok, komentar itu maksudnya supaya saya lebih
semangat, nggak pun jadi menteri, saya bisa memulainya dari diri saya sendiri. Seandainya
yang punya wewenang di atas sana sedang blog
walking, saya sangat berharap beliau mampir di blog saya J
No comments:
Post a Comment