Cerita tentang prinsip hidup nih (yang bakalan melebar
kemana-mana), jadi yang saya yakini adalah cuma saya yang tahu sebatas mana
kemampuan saya dan sejauh mana saya bisa menggunakan kemampuan itu. Nggak akan
ada yang bisa mengklaim batas kemampuan saya dan memerintahkan saya untuk
menggunakan kemampuan itu melebihi batasnya. Intinya sih, saya yang tahu diri
saya sendiri, jadi daripada mengomentari orang macam-macam lebih baik saya
memulainya dengan diri saya sendiri dulu.
Nah, salah satu kemampuan saya apa ya? Inteligensi. Saya
punya inteligensi dan dengan inteligensi yang saya punya, saya bisa melakukan
banyak hal yang saya inginkan. Kali ini, saya akan menghubungkan inteligensi
dengan kemampuan dan gaya belajar. Terkadang orang nggak menyadari bahwa dengan
inteligensi, ia bisa memaksimalkan pembelajarannya dengan menggunakan gaya
belajar yang tepat. Tentu saja, kemampuan belajar setiap orang akan berbeda
jika dilihat dari inteligensinya. Tapi perbedaan itu, kan, bukan masalah kalau
ujung-ujungnya dengan gaya belajar masing-masing akan menghasilkan sesuatu yang
setara hasilnya dengan usaha kita.
Salah satu konsep inteligensi yang saya gunakan untuk
memaksimalkan kemampuan belajar saya adalah teori multiple intelligence-nya Howard Gardner. Gardner menyatakan bahwa inteligensi
tidak hanya terdiri dari satu kemampuan umum yang mendominasi, melainkan ada 8
kemampuan spesifik, yaitu :
-
Logika
Matematika ; kemampuan melakukan tindakan secara logika, berpikir
abstrak, pengolahan angka, reasoning, berpikir kritis dan kompleks
-
Spasial ; kemampuan untuk memvisualisasikan yang dilihat mata dengan pikiran
-
Bahasa
; kemampuan berbahasa,
seperti membaca, berbicara dan menulis
-
Kinestetik ; kemampuan kontrol gerakan
-
Musik ; kemampuan sangat peka terhadap bunyi, irama,
dan musik
-
Interpersonal
; kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan, sensitivitas
terhadap lingkungan, dan kemampuan untuk
bekerja sama dalam tim
-
Intrapersonal
; kemampuan untuk melihat diri dan kapasitas
refleksi diri, terkait
dengan pemahaman mendalam terhadap diri misalnya
kelebihan dan
kekurangan, keunikan, dll.
-
Naturalistic
; kemampuan menyatu dengan alam, seperti mampu
mengklasifikasikan bentukan yang terdapat di
alam, ataupun
pengetahuan umum tentang alam, menyukai tanaman atau hewan, dsb
Untuk lebih jelasnya, mengapa
saya katakan di awal bahwa memanfaatkan inteligensi untuk memaksimalkan
pembalajaran adalah salah satu usaha terbaik dalam belajar, saya akan
menampilkan hasil tes online saya terkait dengan multiple intelligence-nya Howard Gardner di http://www.bgfl.org/custom/resources_ftp/client_ftp/ks3/ict/multiple_int/questions/choose_lang.cfm
manatau teman-teman bisa mencoba juga ;)) By the way,
sebenarnya saya agak kurang nyaman sih menampilkan hasil tes saya karena ada
beberapa kemampuan spesifik yang sangat rendah. Sebenarnya bukan hal yang
memalukan juga karena kemampuan setiap orang berbeda, tapiiii karena saya
merasa itu suatu kekurangan jadi saya agak malu. Tapi ya sudahlah saya bisa
memaksimalkan kelebihan saya. Lagian, untuk pembelajaran bagi kita semua juga, kan . Let’s check mine,
Reds!
Dari hasil tes tersebut menyebutkan bahwa kemampuan yang saya miliki
terkait dengan multiple intelligence
yang dikemukakan Gardner
adalah :
-
Logika Matematika : skala 20 dari 25
-
Spasial : skala
17 dari 25
-
Bahasa : skala
23 dari 25
-
Kinestetik : skala
19 dari 25
-
Musik : skala
24 dari 25
-
Interpersonal : skala
11 dari 25
-
Intrapersonal : skala
25 dari 25
-
Naturalistik : skala
20 dari 25
Nah, setelah saya cocok-cocokkan dengan kehidupan saya selama ini,
ternyata cukup akurat sih, khususnya kemampuan saya di bidang intrapersonal,
interpersonal, dan musik. Sebagai aplikasi dengan gaya belajar saya, berikut penjelasannya.
·
Interpersonal
: 11 dari 25
Itu cukup tepat sekali, Reds. Saya ini termasuk tipe orang yang kurang
bisa bekerja sama. Kalau ada kerja kelompok atau pekerjaan yang harus
dikerjakan dalam tim, itu saya kewalahan. Bukan karena apa-apa, saya akan
mengerjakan semua tugas yang diberikan sendiri lalu teman-teman saya akan
memberi tambahan pada apa yang sudah saya kerjakan, jadi ujungnya saya kurang
memberi kesempatan untuk mereka mengerjakan tugas mereka.
Saya tidak memiliki keluhan jika harus mengerjakan semuanya karena saya
kurang percaya kalau tugas itu dikerjakan orang lain. Egois ya? Nah, makanya
saya malu. Cuma bagaimana lagi, begitulah saya. Tho, dengan kewalahan di awal
untuk mengerjakan seluruh tugasnya, saya jadi mengerti seluruh komponen tugas,
bukan hanya bagian saya saja.
Terkait dengan gaya
belajar saya, dengan kekurangan ini saya nggak lantas berpusing-pusing ria
dengan diam saja terpuruk dalam kekurangan. Karena saya sudah tahu kelemahan
saya, maka saya nikmati saja kewalahan saya tersebut tho hasil akhirnya akan
memuaskan bagi saya karena saya merasa punya kontribusi terhadap kerja kelompok
tsb. Gaya
belajar saya dengan memanfaatkan kekurangan ini juga menguntungkan kok, jadi
nggak terlalu memalukan J
·
Musik
: 24 dari 25
Nah, ini juga sangat tepat, Reds. I love music! Jadi, dengan hasil tes yang sangat meyakinkan ini,
kurang alasan apalagi bagi saya untuk memanfaatkan kelebihan musik saya dalam
belajar.
Kelebihan saya di musik saya terapkan untuk
memaksimalkan pembelajaran sudah saya mulai sejak SMA sih, Reds. Tapi saya
menyadari bahwa saya bisa maksimal belajar dengan musik ya baru masa kuliah
ini. Jadi beberapa bulan yang lalu, saya melakukan penelitian kecil-kecilan
untuk membuktikan keampuhan musik dalam proses belajar saya. Dua hari pertama,
saya menyalin catatan tanpa diperdengarkan suara musik dan hasilnya saya bisa
menyelesaikan 3 lembar catatan dalam waktu 2 jam. Dua hari berikutnya, saya
menyalin catatan diiringi musik dan hasilnya saya bisa menyelesaikan 5 lembar
catatan dalam waktu 2 jam.
Dari situ saja, kita sudah bisa melihat bahwa
memanfaatkan kemampuan (read : inteligensi) yang kita miliki ternyata mudah
asal kita menyadarinya. Jadi, mulai dari sekarang, sudah bisa dong menyadari
kemampuan diri masing-masing dan memanfaatkannya untuk memaksimalkan
pembelajaran ataupun kegiatan lainnya.
Thanks for reading, Reds. Wish this entry gives you
something useful! :*
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group